"Betapa aku menyesal menjadi tetangganya," ujarnya.
Kaktus tidak pernah marah, bahkan ia mencoba memberitahu mawar dengan mengatakan, “Tuhan tidak menciptakan bentuk kehidupan tanpa tujuan.”
Musim semi berlalu, dan cuaca menjadi sangat hangat.
Kehidupan menjadi sulit di hutan, karena tanaman dan hewan membutuhkan air namun hujan tidak turun.
Mawar merah mulai layu.
Suatu hari mawar melihat burung pipit dengan paruhnya mematuki kaktus dan kemudian terbang jauh dengan badan yang segar.
Ini membingungkannya, maka mawar merah bertanya pada pohon pinus apa yang burung itu lakukan.
Pohon pinus menjelaskan bahwa burung itu mendapatkan air dari kaktus.
“Apakah tidak sakit ketika mereka mematuki?” tanya mawar.
“Ya memang, tapi kaktus tidak suka melihat burung menderita,” jawab pinus.
Mawar membuka mata keheranan dan berkata, "Kaktus memiliki air?"
"Ya, dan kau juga bisa minum dari itu. Pipit bisa membawakan air untukmu jika kau meminta bantuan kaktus.”
Mawar merah merasa terlalu malu atas kata-kata dan perilaku sebelumnya untuk meminta air dari kaktus, tetapi akhirnya ia pun meminta bantuan kaktus.
Kaktus dengan ramah menyetujuinya dan meminta burung-burung mengisi paruh mereka dengan air lalu disiramkan pada akar mawar itu.
Mawar merah belajar sebuah pelajaran berharga agar tidak menilai siapa pun dari penampilan mereka.
(K. Tatik Wardayati)
Penulis | : | Ade Sulaeman |
Editor | : | Ade Sulaeman |
KOMENTAR