Penulis
Intisari-Online.com – Sesekali mengalami celaka, masih terhitung jamak. Namun, jika kesialan selalu menimpanya, mungkinkah ada faktor di luar dirinya yang jadi penyebab?
Itu dialami Kapal Mary Celeste.
Kalau tidak kandas, bertabrakan dengan kapal lain, ya kaptennya tahu-tahu tewas, atau seluruh awak kapalnya hilang. Apa sebabnya?
Siang itu, 5 Desember 1872, petugas menara pengawas pada kapal Dei Gratia melihat sebuah kapal yang terombang-ambing ditampar gelombang.
Setelah diteliti, ternyata seluruh awak kapalnya menghilang. Nama kapal itu Mary Celeste.
Inilah kapal yang nyaris sepanjang "hidupnya" tertimpa dan membawa sial.
Menurut The Unexplained, dulu kapal itu dinamai Amazon dan diluncurkan satu tahun kemudian sejak dibangun tahun 1860, sebagai produk pertama sebuah konsorsium di galangan Joshua Dewis, di Nova Scotia, Pulau Spencer.
Tak lama kemudian nasib buruk menimpa nakhoda pertamanya, Robert McLellan, orang Skotlandia. Ia jatuh sakit dan meninggal.
Ketika posisi nakhoda kemudian diambil alih JohnNutting Parker, dalam suatu pelayaran kapal itu terjebak di suatu wilayah dangkal.
Sebuah lubang besar yang menganga di lambungnya harus diperbaiki di galangan. Di sini lagi-lagi ia bernasib malang, mengalami kebakaran di bagian tengahnya, dan membuat kepemimpinan Kapten Parker berakhir.
Penyeberangan pertamanya melintasi Atlantik berlangsung mulus. Namun saat memasuki Selat Dover, Amazon menabrak sebuah kapal hingga tenggelam. Kembali ia naik galangan.
Setelah diperbaiki dan mendapat kapten baru, Amazon berlayar pulang ke Amerika. Lagi-lagi ia kandas di batu karang di Cow Bay, Cape Breton Island, Nova Scotia, meski berhasil ditarik dan diperbaiki.
Kisah selanjutnyg tidak jelas, yang pasti pemiliknya terus berganti-ganti. Beberapa di antaranya bangkrut dan tak satu pun dari mereka yang punya kenangan manis dengan Amazon.
Episode yang paling tragis bermula ketika ia diambil alih oleh J.H Winchester and Co., sebuah konsorsium para pemilik kapal.
Saat itu Amazontelah diperbesar, berbendera Amerika, dan diganti namanya menjadi Mary Celeste.
Kapten antialkohol
Sekitar akhir September, atau mungkin awal Oktober 1872, Amazon yang telah salin rupa menjadi Mary Celeste tampak tertambat di Dermaga 44 East River, New York, bersiap-siap memulai pelayaran baru dengan awak kapal baru pula.
Kapten kapalnya Benjamin Spooner Briggs; penduduk New England kelahiran Wareham, Massachusetts, 24 April 1835.
Kapten yang puritan dan amat disiplin ini berasal dari keluarga pelaut. Keyakinan beragamanya yang kuat sering berlebihan, termasuk pantangnya terhadap alkohol.
Tak seorang awak pun boleh membawa minuman beralkohol kecuali sebagai muatan. Oleh kenalannya Briggs digambarkan sebagai orang berkarakter kuat, nakhoda yang aktif dan piawai.
Briggs ternyata juga pemegang saham Mary Celeste. Tentang kondisi para awak kapal lainnya diketahui bersih dan terampil.
Di kapal itu ikut serta istri kapten kapal - Sarah Elizabeth, dan salah satu dari dua anak mereka, Sophia Matilda, yang waktu itu masih dua tahun.
Sabtu, 2 November 1872, kargo dimuat ke atas kapal. Mary Celeste membawa 1.701 barel alkohol yang didenaturasi - alkohol yang siap digunakan untuk apa pun kecuali diminum - kiriman Meissner Ackerman and Co.; pedagang New York, untukMascerenhas and Co. di Genoa, Italia.
Pada 5 November kapal pandu Sandy Hook menuntun Mary Celeste dari dermaga 44 ke bagian teluk sebelah luar dekat Staten Island, New York.
Karena Samudera Atlantik saat itu diserang badai, Briggs hanya bisa membuang jangkar. Barulah tanggal 7 mereka mulai meluncur mengarungi lautan.
Kapal tanpa awak
Tepat delapan hari setelah Mary Celeste meninggalkan New York, kapal Dei Gratia mulai berlayar ke Gibraltar. Nakhodanya David Reed Morehouse dari Nova Scotia dengan kelasi pertama Oliver Deveau.
Pada 5 Desember, pukul satu siang lewat beberapa menit, John Johnson – awak yang sedang memegang kemudi - melihat kapal besar ±8 km jauhnya dari haluan kiri.
Melihat layarnya tak keruan dan kapal oleng ke satu sisi, akhimya Kapten Morehouse memerintahkan untuk memberi bantuan.
Pukul 15.00, kedua kapal itu tinggal 370 m jaraknya. Beberapasinyal dikirim, tak satu pun jawaban diberikan oleh kapal temuannya.
Kapten lalu mengutus Oliver Deveau bersama Wright dan Johnsonuntuk menyelidiki. Namun hanya Oliver dan Wright yang naik kapal, sementara Johnson tinggal di sekoci.
Layar utama ditemukan di haluan, tapi bagian-bagian layar yang lain dan layar depan tali-temalinya tampak kacaubalau.
Beberapa malah terputus-putus dan sebagian tercantol di sisi kapal. Dapur tergenang air setinggi 30 cm.
Ada sedikit persediaan makanan untuk enam bulan tapi telah membusuk. Sementara air segar tersedia cukup banyak.
Barang-barang yang hilang dari kapal adalah kronometer, sekstan, buku navigasi, dan sekoci yang diikat di palka utama.
Sepotong pipa di sepanjang sisi kapal telah dilepas untuk meluncurkan perahu kecil itu. Ini mungkin jawabannya, para panumpang sengaja meninggalkan kapal.
Tapi apa alasan seorang pelaut senior macam Benjamin Briggs meninggalkan kapal besar yang laik laut, memindahkan anak-istri dan ketujuh awak kapal ke sekoci sempit yang tidak stabll?
Hanya dua hari perbaikan, Mary pun siap dibawa ke pelabuhan terdekat untuk diserahkan pada pihak berwajib.
Dei Gratia tiba di Gibraltar, tanggal 12 Desember, sedangkan Mary keesokan paginya. Setelah dua jam membuang sauh, Mary Celeste dinyatakan ditahan Thomas J. Vecchio dari pengadilan di lingkungan Angkatan Laut Inggris.
Dirompak dan dibunuh
Jaksa Agung untuk Gibraltar, Frederick Solly Flood, menganggap kasus Mary Celeste melulu kasus perompakan dan pembunuhan.
Dugaan pertama, seorang awak kapal Mary telah meminum muatannya, dalam keadaan mabuk ia membunuh Kapten Briggs dan anak-istrihya.
Teori serupa diajukan oleh William A. Richard, menteri keuangan AS, yang kemudian dimuat dalam New York Times tahun 1873.
Tapi ide ini gugur, karena muatannya adalah alkohol yang didenaturasi, yang bisa membuat peminumnya sangat kesakitan sebelum mabuk.
Selanjutnya, Flood curiga, jangan-jangan Briggs dan Morehouse telah bersekongkol. Briggs membunuh awak kapalnya dan menyingkirkan mayat mereka.
la kemudian pergi dengan sekoci ke suatu tempat sesuai perjanjian dengan Morehouse. Begitu Morehouse menemukan Mary Celeste, ia membawanya ke Gibraltar dan mengklaim hadiah.
Menurut hukum maritim internasional, barang siapa menemukan kapal – biasanya kapal karam - berhak mendapatkan hadiah sebesar sekian persen dari nilai kapal dan barang muatannya.
Kelihatannya masuk akal, namun dengan pengamatan teliti tak ada bukti bahwa Morehouse atau Briggs itu kriminal. Selain itu, bagian hadiah yang didapat Morehouse, tak lebih besar dari modal yang ditanamkan dalam kapal itu.
Teori ketiga menuduh Morehouse, dan awak kapalnya merompak Mary Celeste, dan menghabisi semua penumpangnya. Ini pun sulit dibuktikan.
Malah pengadilan kelautan Inggris itu akhirnya menghapus semua kecurigaan dan menghadiahi Morehouse 1.700 ponsterling.
Namun menurut pendapat banyak orang, Morehouse,seharusnya mendapatkan dua atau bahkan tiga kali lebih besar.
Kisah misteriusnya terus beredar dan semakin banyak versi cerita yang muncul. Bahkan tak sedikit pula yang membukukan atau memfilmkan kasus ini.
Di antaranya adalah kisah fiksi J. Habakuk Jephson 's Statement hasil olah tulis dokter berkebangsaan Inggris Arthur Conan Doyle (yang terkenal dengan tokoh Sherlock Holmes-nya).
Tahun 1920-an Chamber's Journal memuat artikel Lee Kaye yang diakui sebagai tuturan salah seorang awak Mary Celeste yang selamat.
Awak kapal ini konon bernama John Pemberton, nama yang tidak pernah disebutkan dalam daftar nama awak kapal Mary Celeste.
Kisah Pemberton makin dikenal massa setelah Laurence J. Keating menulis The Great Mary Celeste Hoax, yang sempat menjadi best seller.
Sekian lama tersembunyi baru pada 6 Mei 1929 seorang koresponden Evening Standard konon berhasil menemui, bahkan memotret John Pemberton. Namun akhirnya terungkap, semua itu akal-akalan belaka.
Lee Kaye, Laurence J. Keating, bahkan koresponden khusus Evening Standard mengacu pada orang yang sama, Laurence J. Keating. Sedangkan foto John Pemberton tak lain gambar ayah Keating.
Diculik UFO
Ada lagi yang melempar pendapat Mary Celeste diserang monster, tepatnya gurita raksasa yang kelaparan sehingga menelan semua penumpangnya.
Tapi banyak yang menganggap itu takhayul belaka. Pula mana mungkin semua penumpang berada di atas geladak, lalu dengan patuh menunggu giliran ditelan sang monster satu per satu?
Lalu apa tidak aneh kalau monster pun memilih melahap kronometer, sekstan, buku navigasi dan sekoci?
Kemudian Morris K. Jessup menduga, awak kapal Mary Celeste diculik UFO. Malah tak kurang yang menganggap awak kapal itu menjadi korban Segitiga Bermuda, wilayah yang selama ini dinilai rawan bagi banyak kapal.
Tak seorang pun tahu pasti apa yang sesungguhnya terjadi pada Mary Celeste, sampai ketika tanggal 16 Mei 1873 Harian Daily Albion di Liverpool melaporkan telah ditemukannya dua perahu oleh nelayan-nelayan di Baudus, Asturias, dekat Madrid, Spanyol.
Perahu pertama memuat tengkorak yang terikat dan mengibarkan bendera Amerika. Sedangkan perahu kedua membawa lima mayat yang mulai hancur membusuk.
Sayangnya, tak dilakukan penelitian yang mendalam, sehingga tak bisa ditentukan siapa mereka sebenarnya dan berasal dari kapal apa. Mungkinkah mereka awak kapal Mary Celeste?
Dari Gibraltar Mary Celeste diserahkan kembali pada James H. Winchester, dan di bawah komando Kapten George W. Blatchford.
la meneruskan perjalanannya ke Genoa dan berhasil menyerahkan muatannya. Winchester kemudian menjual kapal itu – kabarnya dengan harga yang sangat murah hinggapemiliknya tentu merugi besar.
Selama 1-2 tahun berikutnya Mary Celeste berpindah tangan hingga 17 kali. Kembali, tak satu pun dari pemilik barunya punya pengalaman baik dengan kapal ini.
Kandas, terbakar, dan berbagai kecelakaan lain terus menimpanya.
Menjelang 1884, Mary Celeste yang sudah tua dan agak compang-camping dibeli Gilma C: Parker. Si Tua kemudian berangkat ke Port au-Prince, Haiti, dengan membawa kargo yang diasuransikan sebesar AS $ 30.000.
Ternyata, pada 3 Jariuari 1885 Mary Celeste yang malang itu dengan sengaja dikandaskan oleh pemiliknya di lepas pantai Haiti, lalu dibakar, supaya ia dapat mengklaim asuransinya.
Karena ketahuan oleh pihak asuransi, Parker diajukan ke pengadilan federal di Boston. Namun, ia dan konco-konconya, karena soal teknis hukum, terbebas dari tuntutan.
Toh mereka belum terbebas dari "kutukan" Mary Celeste. Tak lama kemudian Parker bangkrut dan meninggal dunia dalam kondisi mengenaskan.
Salah seorang rekannya jadi sinting dan menghuni rumah sakit jiwa sampai akhir hayatnya. Satu lagi bunuh diri.