Find Us On Social Media :

Kasus Rumah 'Helikopter' Eko Purnomo: Komunikasi Buntu, Kehidupan Bertetangga pun Runyam

By Intisari Online, Rabu, 12 September 2018 | 11:45 WIB

Artinya kita mesti memposisikan  mereka sebagai warga yang memiliki hak dan kedudukan yang sama seperti kita.

Masalahnya, bagaimana ketika kita berhadapan dengan tetangga yang diskriminatif?

Menurut Lidya, setiap masyarakat punya mekanisme sendiri untuk menyeleksi “oknum” seperti ini.

“Orang akan membatasi diri untuk berinteraski dengan dia (oknum), kaya hukum alam saja, sanksi sosial jalan dengan sendirinya,” jelasnya.

Sepanjang perilaku tersebut tidak merugikan banyak orang, biarkan saja.

Nah, bila sudah amat mengganggu, sebaiknya kita perlu mengomunikasikannya secara tegas. Bisa pula meminta bantuan kepada ketua RT atau  orang yang dihormati atau dituakan di lingkungan tersebut.

Sebenarnya, dengan berani mengomunikasikan keberatan secara lugas, persoalan tetangga bisa diselesaikan dengan baik.

Apalagi di negara kita yang erat dengan nilai musyawarah sebenarnya memberikan ruang untuk menyampaikan unek-unek secara proporsional. 

Sayangnya, sebagian besar dari masyarakat kita malah lebih suka menyimpan rasa di dalam hati dan membiarkannya menumpuk. Salah sendiri, bukan?

Mesti nyaman untuk anak 

Bagi pasangan muda, memilih rumah terkadang menjadi suatu dilema. Sudah merasa cocok dengan harga dan modelnya, tapi ternyata keadaan lingkungannya tak demikian.

Memang seharusnya kita memilih rumah berdasarkan fisiknya. Artinya aman dan nyaman. Memenuhi elemen fisik ini mudah kok.

Nah, bila berbicara definisi kenyamanan kita patut menyimak pendapat Richard Florida, direktur University of Toronto, Kanada, dan Global Research Profesor New York University.

“Kamunitas rukun tetangga sudah bisa dibilang nyaman kalau secara batin warga selalu merasa memiliki,” jelas Richard.

Nah, mencari lingkungan sosial yang tepatlah yang terkadang menyulitkan.

Ingat, kalau Anda dan pasangan berencana untuk tinggal lama di rumah tersebut, sebaiknya pilihlah lingkungan sosial yang baik.

Bagi kita yang memiliki anak kecil atau usia sekolah dasar, faktor lingkungan sosial harus lebih diperhatikan.

Sebab faktor itu turut serta mempengaruhi tumbuh kembang anak.

“Apalagi yang paling sering berinteraksi dengan lingkungan adalah anak-anak dibandingkan orang dewasa”. Jelas Lidya.

Kita tentu tak mau bukan kalau anak merasa tertekan karena lingkungan sosial yang tak nyaman? “Misalnya di lingkungan itu banyak terjadi kasus bullying,” tambah Lydia.

Jadi janganlah ragu atau sungkan untuk  mencari tahu keadaan sosial di rumah yang akan Andapilih.

Luangkanlah waktu untuk mencari atau mengetahui kondisi lingkungan tersebut. Kita bisa menayai pengelolah, pemilik rumah, tetatangga, RT, atau petugas keamanan mengenai keadaan sosial di daerah tersebut.

Rumah itu mesti berada di lingkungan yang terbaik dan cocok dengan pertumbuhan anak. (Moh Habib Asyhad)

Baca Juga : Viral Gudang Garam Ikut Bisnis Tol dan Kota Menyerupai China