Find Us On Social Media :

Tahun Baru Islam: Mengapa Kalender Hijriyah Berbeda dengan Kalender Masehi?

By Intisari Online, Selasa, 11 September 2018 | 12:15 WIB

Intisari-Online.com - Beragam cara dilakukan masyarakat Indonesia dalam rangka memperingati tahun baru Islam, 1 Muharram 1440 Hijriyah yang jatuh pada 11 September 2018.

Mulai dari pawai obor, karnaval kendaran hias, bahkan ada pula pawai lampion cantik.

Ya, tahun baru Islam memang nyaris selalu berbeda dengan tahun baru pada kalender Masehi (1 Januari).

Namun, tahukah Anda sejarah dari kedua kalender yang bersama dengan kalender China, digunakan oleh masyarakat Indonesia?

Baca Juga : Hidup Sendiri di Lautan Selama 133 Hari, Caranya Bertahan Hidup Sungguh Gila

Sistem penanggalan pada kalender Hijriah didasarkan pada perubahan fase Bulan, dari bulan penampakan hilal atau bulan sabit tipis ke hilal berikutnya.

Satu periode hilal sama dengan satu periode sinodis Bulan, lamanya 29,5306 hari.

Berbeda dari kalendar Masehi yang digunakan di seluruh dunia untuk kepentingan administrasi, kalender Bulan umumnya digunakan untuk keperluan ritual agama dan tradisi.

Kedua kalender, satu tahun sama-sama terdiri dari 12 bulan. Satu tahun Hijriah memiliki 12 periode sinodis Bulan atau 354,366 hari. Dibulatkan jadi 354 hari atau 355 hari untuk tahun kabisat.

Baca Juga : Ditagih Kembalikan 3.226 Barang Milik Negara, Begini Jawaban Roy Suryo Lewat Pengacaranya

Kalender Masehi didasarkan atas peredaran Bumi mengelilingi Matahari dari satu titik tertentu yang disebut solstis atau equinox kembali ke titik itu.

Lama perjalanan Bumi mengelilingi Matahari 365,2422 hari—disebut satu tahun tropis, dibulatkan menjadi 365 hari atau 366 hari untuk tahun kabisat.

Perbedaan jumlah hari dalam satu tahun Hijriah dan Masehi menyebabkan pelaksanaan ibadah Ramadhan, perayaan Idul Fitri, dan Idul Adha selalu maju 10-12 hari dari tahun sebelumnya.