Find Us On Social Media :

Osama bin Laden, Dalang Serangan 9/11 yang Berhasil Ditemukan dan Dibunuh CIA Berkat Teknologi Canggih Ini

By Intisari Online, Selasa, 11 September 2018 | 10:15 WIB

Jika lingkungan sekitar target yang jadi sasaran merupakan perumahan padat penduduk, warga yang sebenarnya tidak suka berperang itu akhirnya turut jadi korban.

Di sisi lain, banyaknya warga sipil yang menjadi korban Predator membuat sanak-saudara marah dan kemudian bertekad melakukan balas dendam.

Cara balas dendam yang efektif adalah tidak mau membantu sama sekali agen CIA di daerah perbatasan atau malah melaksanakan langkah ekstrem, yakni bergabung dengan kelompok Al-Qaeda.

Indikasi bertambahnya anggota Al-Qaeda atau Taliban bahkan sudah tampak, yakni banyaknya anggota anggota Al-Qaeda atau Thaliban Pakistan yang kerap melancarkan serangan di daerah perkotaan.

Munculnya Thaliban Pakistan menjadi masalah tersendiri bagi militer AS dan CIA apalagi pejuang Thaliban Pakistan telah membuat militer Pakistan tak berdaya. Guna menghadapi aksi Thaliban-Pakistan itu militer AS dan CIA harus bekerja super keras.

Tindakan represif sesungguhnya tidak lagi mempan diterapkan kepada para pejuang Taliban dan Al Qaeda yang telah kenyang pertempuran dan umumnya menganggap kematian di dalam perang sebagai jalan terbaik menuju kemuliaan.

Prinsip jihad yang dianut Taliban bukan hanya membuat mereka kebal terhadap tindakan represif tapi juga menyebabkan mereka saling berlomba untuk menjadi martir.

Dalam perkembangan terkini militer AS justru dibuat frustasi karena Taliban dan Al-Qaeda tak bisa dikalahkan.

Untuk menangkap Hekmatyar, pendukung Taliban yang dulu pernah jadi rekanan, CIA ternyata selalu gagal. Runyamnya misi tempur pasukan AS di Afghanistan bahkan ditandai dengan dicopotnya Panglima NATO asal AS, Jendral Stanley Mc Chrystal dan isu segera ditarik mundurnya pasukan AS dari Afghanistan.

Militer AS memang masih tetap mengandalkan peran agen CIA sehingga jumlah agen yang diturunkan di Afghanistan ditambah lagi sebanyak 700 personel.

Ratusan tenaga CIA itu terdiri dari tim mata-mata, analisis dan paramiliter, serta unsur-unsur terkait lainnya.

Pada intinya apapun strategi yang diterapkan CIA di Afghanistan hanya memiliki satu target.