Find Us On Social Media :

Ada Kisah-kisah Lucu dan Menegangkan di Sela-sela Kemuraman Pengkhianatan G30S

By Intisari Online, Minggu, 9 September 2018 | 17:45 WIB

"Mau rewang. Membantu memasak di rumah yang terang itu!"

"Saya kira .... Mari Bu, selamat malam!"

Salah seorang ibu kebetulan istri koresponden Kompas.

(Kompas, Sabtu 4 Desember 1965)

GARWANE?

Bu Sastrosularno sedang sendirian ketika pasukan tentara dari Batalyon G mengadakan gerakan pembersihan di daerah Nusukan - Prawit, Sala.

Mereka melihat setumpukan buletin di atas meja. Salah satu buletin bertuliskan "G.S."

Karena sedang menumpas G30S, tak heran mereka menaruh perhatian khusus dan menanyakan artinya.

"Anu, Pak ...," Bu Sastro gelagapan. "G artinya Gotong-Royong, S artinya ...," ia terhenti. Mulutnya cuma komat-kamit.

Para anggota Yon G kontan curiga.

"Sudah, terus terang saja."

Bu Sastro semakin gugup. Kepanjangan dari huruf "S" itu benar-benar hilang dari ingatannya.

Untunglah seorang anak angkatnya muncul dan segera menyela bahwa "S" adalah singkatan dari "subur".

Baca Juga : Seorang Ibu Trauma ketika Tahu Anaknya Dimutilasi Pedofil yang Merayunya dengan Permen

Mendengar jawaban si anak, petugas dengan wajah agak lega bertanya lagi, "Siapa pemilik buletin-buletin ini?"

"Suami saya, Pak Sastrosularno."

Mungkin sekadar untuk meyakinkan dirinya si petugas bertanya lagi, "Ibu Gerwani, ya?"

"Inggih (ya), Pak," sahut si ibu mantap!

"Apa? Jadi ibu adalah anggota Gerwani? Ayo, ikut ...!" bentak si petugas.

"Maaf, Pak. Saya bukan anggota Gerwani. Saya kira Bapak bertanya 'Garwane? (Istrinya?), maka saya iyakan. Saya bukan Gerwani. Saya garwane Pak Sastro yang menjadi pegawai Sekolah ‘Warga’ itu.”

(Kompas, Kamis 9 Desember 1965)