Find Us On Social Media :

Wanita Ini Cacat, tetapi Ia Tidak Patah Semangat Mencari Kegiatan dengan Menghibur Orang Kesepian

By K. Tatik Wardayati, Jumat, 7 September 2018 | 20:00 WIB

Intisari-Online.com – Inilah kisah seorang wanita yang berjiwa besi. Tiga kali ia mengalami kecelakaan lalulintas dan menjadi cacat.

Karena kesalahan narkose ia kehilangan suaranya. Mungkin Anda akan mengira bahwa ia sekarang akan menjadi beban masyarakat

Kenyataannya sebaliknya: la malahan membantu. Mungkin cerita Rogier van Aerde ini bisa menjadi "pelita" bagi mereka yang merasa dunia ini gelap gulita, tanpa masa depan.

Pada suatu pagi Paskah 1962 seorang pemuda yang naik  sepeda motor menabrak seorang wanita berusia 42 tahun yang sedang naik sepeda. Jalan masih sunyi senyap.

Mungkin karena itu pemuda tersebut mengira bisa ngebut sepuas hati. Buktinya setelah si korban melesat di atas kemudinya ia masih terseret beberapa puluh meter.

Baca Juga : Fidel Castro, Semangat Revolusinya Terus Membara, Meski Beberapa Kali Dikerjai CIA

Akibatnya mengerikan. Kata Ineke Quadekker: "Saya seorang wanita tegap. Beratnya75 kilo dan kuat sekali. Selain bekerja penuh sebagai guru, saya sejak kecil mengurus ibu dan mempunyai banyak hobby.

Di rumah sakit ternyata bahwa selain babak belur, ia mengalami shock dan tempurung lututnya patah, tulang paha dan pinggul patah. Selama operasi yang makan waktu berjam-jam ternyata ada kesalahan dalam narkose. Akibatnya pita suara terkena sehingga tidak bisa bersuara lagi.

Banyak kesulitan lagi yang menyusul. Ia sudah bertahun-tahun mengurus ibunya yang menderita rheuma hebat. Anak-anak lain tidak bisa merawatnya. Satu-satunya jalan keluar ialah ibu harus masuk rumah jompo. Tigapuluh hari kemudian ibu meninggal.

"Bayangkan, sial yang berturut-turut. Saya ingin memberontak dan berteriak. Tetapi saya tidak mempunyai suara lagi. Tidak ada orang yang bisa mendengar saya."

Baca Juga : 5 Motivasi Super untuk Semangati Atlet Indonesia di Asian Games 2018

Dua kali lagi

Masa pemulihan berjalan lama dan sulit. Belajar jalan lagi dengan tongkat, latihan nafas dengan perut supaya bisa mengutarakan sesuatu dengan berbisik-bisik. Ia tidak bisa bekerja lagi sebagai guru steno bahasa-bahasa modern.