Find Us On Social Media :

Sama-sama Berlimpah Minyak, Dinar Kuwait Jadi Uang Terkuat di Dunia, Bolivar Venezuela Malah Tidak Laku, Kok Bisa?

By Adrie Saputra, Kamis, 6 September 2018 | 19:15 WIB

Intisari-Online.com - Pasti Anda sudah tidak asing mendengar dua negara penghasil minyak mentah ini.

Dua negara tersebut adalah Kuwait dan Venezuela.

Banyak orang sering berasumsi bahwa negara yang punya minyak biasannya kaya dan makmur.

Tidak semua pendapat itu salah, namun faktanya Venezuela kini sudah menjadi negara yang kacau, dimana mata uangnya tidak berharga lagi karena hiperinflasi.

Baca juga: Pendatang Baru di Venezuela Selalu Mudah Dikenali, Ini Sebabnya

Di sisi lain, Kuwait juga merupakan negara yang kaya minyak, mata uangnya bahkan merupakan yang terkuat di dunia.

Mari kita bahas mengapa hal ini bisa terjadi.

Kuwait

Nama mata uang negara Kuwait adalah Dinar dengan kode KWD.

Nilai uang KWD dari negara Kuwait ini memegang tempat pertama mata uang tertinggi di dunia.

1 dinar kuwait hanya 0,30 dolar AS.

Terhadap rupiah, hingga hari ini 1 dinar kuwait saja telah mencapai Rp49 ribu-an.

Negara kaya minyak mampu memperkuat nilai moneternya karena ekonomi nasional yang kuat.

Salah satu pengguna Quora Vanathi Parthasarathi, mencoba melansir dari crnindia.com dan menemukan beberapa fakta yang menarik.

Seperti yang kita tahu Kuwait adalah salah satu pengekspor utama Minyak.

Kuwait telah membuktikan cadangan minyak mentahnya sebanyak 104 miliar barel (15 km³).

Itu diperkirakan 10% dari cadangan minyak mentah dunia.

Baca juga: Dalam Dolar Amerika Serikat Ada Senjata Kata-kata Melawan Komunisme

Perekonomian negara sendiri menghasilkan 75% pendapatannya dari itu.

Menjadikan negara bebas pajak, industri minyak Kuwait menyumbang 75% dari pendapatan pemerintah.

Petroleum dan Petrokimia menyumbang 43% dari PDB dan 90% pendapatan ekspor.

Impor utama mereka antara lain berbagai macam kebutuhan mulai dari produk makanan, tekstil, hingga mesin.

Negara akhirnya mendapatkan keuntungan dengan mengelompokkan nilai tukar mereka pada tingkat tinggi karena menghasilkan lebih banyak pendapatan dari ekspor mereka daripada impor mereka.

Pada tahun 2011, perkiraan ekspor mencapai 94,47 milyar dolar AS (sekitar Rp1300 triliun) dan impor sekitar 22,41 milyar dolar AS (sekitar Rp320 triliun).

Kuwait menggunakan Dinar Irak untuk sementara selama Perang Teluk, dan kemudian mendukung Dinar Kuwait menjadi USD.

Sejak 2013, KWD adalah mata uang tertinggi di dunia hingga sekarang.

Baca juga: Ini 10 Fakta Menarik dari Kuwait, Negara yang Kaya akan Minyak

Venezuela

Satu-satunya hal yang berlimpah di Venezuela sekarang adalah kekacauan.

Perekonomian telah berputar ke arah keruntuhan, dan krisis kemanusiaan telah menjerumuskan gerombolan ke dalam penyakit dan kelaparan.

Negara ini juga dalam cengkeraman krisis politik.

Venezuela sebenarnya pernah menjadi negara terkaya di Amerika Latin.

Venezuela memiliki pasokan minyak mentah terbesar di dunia yang dulu tampak seperti semburan uang yang tak ada habisnya.

Sekarang pemerintah kehabisan uang, harga melonjak, dan tidak ada yang tahu apakah akan ini akan menjadi lebih buruk lagi?

Venezuela adalah pusat kekuatan Amerika Selatan pada tahun 1990-an.

Sayangnya ketidaksetaraan tumbuh ekstrim.

Kelas elit kecil mengendalikan segalanya sementara massa yang semakin miskin menjadi marah.

Negara berubah menuju sosialisme pada tahun 1999 dan memilih presiden Hugo Chavez.

Dia memutuskan hubungan dengan Amerika Serikat dan merangkul China-Rusia, keduanya meminjamkan miliaran untuk Venezuela.

Chavez berkuasa sampai kematiannya pada tahun 2013, dan hingga hari ini dianggap sebagai pahlawan bagi orang miskin.

Tetapi pemerintahnya terlalu banyak mengeluarkan dana untuk program-program kesejahteraan, dan tetap menetapkan harga untuk semuanya.

Baca juga: Dolar Diprediksi akan Kehilangan Kekuatannya Tahun 2025, Mata Uang ini yang Akan Menggantikannya

Akibatnya membuat negara tergantung pada penjualan minyaknya ke luar negeri.

Sebelum ia meninggal, Chavez memilih Maduro untuk menggantikannya.

Pemerintahannya berhenti menerbitkan statistik yang dapat diandalkan, termasuk pada pertumbuhan ekonomi dan inflasi.

Ia menerima jutaan uang suap untuk proyek-proyek konstruksi dan merampas hutang-hutang yang masih harus dibayar.

Sementara itu, satu-satunya komoditi yang ditinggalkan Venezuela mulai menurun nilainya.

Pada tahun 2014, harga minyak sekitar 100 dolar AS (Rp1,4 juta) per barel.

Namun terlalu banyak minyak menyebabkan harga global jatuh ke 26 dolar AS *Rp387 ribu) pada tahun 2016.

Dengan harga minyak yang rendah dan kas pemerintah yang semakin menipis, kontrol harga telah menjadi masalah besar.

Negara masih mensubsidi makanan jauh di bawah harga normal untuk menenangkan orang-orang miskin.

Maduro telah mencetak uang dengan kecepatan sangat tinggi, dan akhirnya bolivar semakin telah jatuh nilainya, memusnahkan pekerjaan.

Inflasi semakin buruk.

Hari ini 1 dolar AS sama dengan 248 ribu bolivar.

Sedangkan ke rupiah, 1 bolivar kini hanya Rp0,060 saja dan uang tersebut sudah hampir tidak ada yang mau menerima. (Intisari-Online.com/Adrie P. Saputra)