Find Us On Social Media :

Beginilah Mengerikannya Krisis Moneter 1998: Hewan-hewan pun Kalang Kabut dan Terpaksa Puasa

By Intisari Online, Kamis, 6 September 2018 | 16:30 WIB

"Penurunan. pesanan bisa sampai 50%," ungkap pengusaha katering lain.."Kami pun terpaksa menaikkan harga 25 - 40% karena harga bahan-bahan naik luar biasa.

Pesanan termurah Rp16 ribu per orang bisa diturunkan menjadi Rp14 ribu – Rp15 ribu perorang kalau tanpa ayam.

Tanpa buah impor dan makanan berbahan susu; ada potongan harga lagi! Misal, puding yang biasanya dilengkapi fla (saus) dari bahan susu diganti pencuci mulut berbahan santan.

Meski begitu pengusaha ini mengaku belum mem-PHK ataupun memotong gaji karyawan yang jumlahnya puluhan. Tapi dengan menurunnya pesanan, uang tip mereka tentu berkurang.

Pengusaha yang lebih berkonsentrasi pada pesanan rantangan untuk karyawan pabrik/perusahaan juga mengaku pesanan menurun gara-gara beberapa pabrik ditutup atau pegawainya di-PHK.

Harga pesanan naik 20 - 40%, tergantung menunya. Pemilihan buahnya lebih selektif meski yang dipilih buah lokal.

Semangka, melon, dan nanas, dipilih untuk menggantikan pepaya dan pisang yang berharga lebih mahal. Demikian juga seorang ibu penjual makanan kecil ikut "macet".

"Harga bahan-bahan pembuat kue, seperti terigu, telur, keju, dll, semuanya naik. Lalu, saya mesti menjual sepotong kue dengan harga berapa?" tanyanya.

Lain pengusaha makanan, lain pula pengusaha bunga potong.

"Saya pusing, harga bibit bunga impor dari Negeri Belanda kini naik sampai 200%," keluh salah satu pengusaha bunga yang punya kebun bunga di kawasan Puncak.

"Umbi bunga leli impor dari harga Rp30 ribu per 10 umbi naik menjadi Rp90 ribu per 10 umbi. Karena kontrak dengan harga lama hanya sampai April 1998, untuk sementara kontrak terpaksa dihentikan sampai nilai dolar stabil."

Lebih celaka lagi, untuk mematok harga tinggi, tidak mungkin. "Soalnya banyak pesaingnya," katanya.