Find Us On Social Media :

Beginilah Mengerikannya Krisis Moneter 1998: Hewan-hewan pun Kalang Kabut dan Terpaksa Puasa

By Intisari Online, Kamis, 6 September 2018 | 16:30 WIB

Sebagai penggantinya mereka disediakan roti tawar yang diberi selai dan minuman susu kemasan yang sudah tak layak dikonsumsi manusia, tapi tidak membahayakan kesehatan satwa. Misalnya, susu yang kedaluwarsa belum lebih satu bulan.

Rusa pun mengalami nasib serupa. Meski pakannya bekatul, dedak, dan rumput, tapi karena jumlahnya lebih dari 100 ekor, cukup merepotkan.

Karena itu, Gembiraloka berkeinginan mengurangi jumlah binatang ini. Bahkan, juga ditawarkan kepada masyarakat untuk digaduh, dengan catatan harus merawatnya benar-benar.

Atau, barangkali ada yang berminat menjadi "bapak angkat” mereka. Artinya, binatang tetap di kandang Gembiraloka, sementara "bapak angkat" menyantun biaya pakannya.

Dampak krisis juga terasa di Pusat Latihan Gajah (PLG) Way Kambas, Lampung. Jatah makan penghuni "sekolah gajah" di sana tidak berkurang, namun persediaan obat menjadi amat terbatas.

Jadilah obat tradisional sebagai alternate Gajah yang diare terpaksa diberi daun jambu biji atau daun kluwih (sejenis sukun).

SANA-SINI TERIMBAS KRISIS

Dibandingkan dengan binatang, dampak krismon terhadap kehidupan manusia tak kurang mengkhawatirkannya.

"Gaji yang dulunya cukup untuk belanja sebulan, kini hanya cukup untuk setengah bulan. Ya, terpaksa berhemat," keluh Ny. Nani ibu dari dua anak.

"Namun, susu tetap hams dibeli karena anak saya masih balita. Yang bisa dihemat meliputi daging ayam, daging sapi, makanan kaleng, belanja pakaian, kosmetik, mainan anak-anak, makan di restoran, dll."

Pengusaha katering pun kehilangan pelanggan. "Sejak masa puasa sampai dengan Sidang Umum MPR, Maret lalu, pesanan hampir tidak ada," keluh seorang pengusaha katering.

Beberapa kantor yang memesan makanan untuk hidangan rapat, katanya, menurun drastis. Pesta pengantin pun banyak yang beralih ke menu makanan lebih sederhana.