Find Us On Social Media :

Beginilah Mengerikannya Krisis Moneter 1998: Hewan-hewan pun Kalang Kabut dan Terpaksa Puasa

By Intisari Online, Kamis, 6 September 2018 | 16:30 WIB

Sementara, nilai nutrisi daging sapi dan kanguru relatif saraa. Namun, karena pada saat ini harga daging kanguru mahal, mau tak mau Ragunan beralih ke daging lokal.

Manajemen kebun binatang ini juga sedang menelaah pemberian daging babi hutan untuk harimau sebagai salah satu menu alternatif.

Di hutan harimau memang memangsa babi hutan, tapi di Ragunan sudah terbiasa diberi daging sapi, kerbau, dan kanguru.

Makanya, perlu pengamatan bila akan mengganti menu dengan daging babi hutan kepada harimau itu.

Terutama terhadap kemungkinan timbulnya "alergi", misal mencret.

"Kalau pun babi hutan dimasukkan dalam program pemberian pakan, ya, harus mempertirhbangkan segi kualitas, kuantitas, dan kontinuitas penyediaannya," kata Atje.

Satu lagi solusi yang bisa dilakukan, yakni pengurangan satwa. Semisal, satwa dikembalikan ke alam. Tentu saja dipilih yang sehat dan dianggap mampu beradaptasi dengan lingkungan "baru"nya.

Seputar G30S: Kisah Sukitman, Agen Polisi yang Lolos dari Lubang Buaya

Penghematan dengan cara mengurangi kebiasaan makan satwa juga diterapkan di Taman Safari Indonesia (TSI), di Cisarua, Bogor, seperti diakui Drs. Jansen Manansang, M.Sc, saat itu salah satu direktur TSI.

Hewan karnivora (pemakan daging), seperti harimau, singa, buaya, ular, burung elang, dan satwa buas lain, yang biasanya diberi makan tujuh hari, kini berkurang menjadi lima hari makan.

Bagi harimau dan singa yang diberi daging 4 - 5 kg/hari, pengurangan jumlah hari makan tidak mempengaruhi kehidupan mereka, bahkan tampak lebih gesit dan bersemangat.

Hal yang sama juga dilakukan di KB Gembiraloka, Yogyakarta. Macan terpaksa "berpuasa" dengan hanya diberi makan dua hari sekali.