Diangkat selaku Pujangga Kraton
Seorang pegawai Kerajaan, senantiasa memakai nama pemberian Raja yang telah mengangkatnya. Disesuaikan dengan jenjang kepangkatan seseorang, dapat dimaklumi nama tersebut selalu berganti dan berubah mengikuti meningkatnya karier seseorang.
Karena berpindahnya jabatan seseorang, menyebabkan nama yang mereka pakai harus disesuaikan. Atau lebih tepat, disesuaikan dengan nama pemberian Kraton.
Baca Juga : Nyatanya, Banyak Kepercayaan Mistik yang Selalu Mewarnai Tugas dan Operasional TNI
Begitulah, 35 hari setelah melangsungkan perkawinan, Ronggo Pujangganom berkunjung ke rumah mertua di kota Kediri. Dari kota ini, ia menuju dan menjelajahi segenap pelosok Jawa Timur sampai ke pulau Bali.
Berdiskusi serta menambah ilmu pengetahuan kepada Kyai Tunggulwulung di Ngadiluwih, Kyai Anjar Wirakanta di Rogojampi dan Kyai Anjar Sidalaku di kota Tabanan, Bali. Selain menambah pengetahuan, ia mulai menuliskan catatan perjalanan di samping membawa pulang ke kota Solo berbagai koleksi naskah Bali kuno.
Pada usia 20 tahun, oleh Sri Susuhunan Paku Buwono ke IV, pangkatnya dipromosikan menjadi Mantri Carik ditambah anugerah nama baru, Mas Ngabei Sarataka. Sampai akhirnya, delapan tahun sesudah ini, Sarataka dinaikkan menjadi Panewu Carik Kadipaten Anom ditambah gelar sebagai Raden Ngabei Ronggowarsito.
Dan setelah kakeknya orang yang paling dekat dan banyak membimbingnya, Tumenggung Sastranegoro (Yasadipuro Ke II atau Ronggowarsito ke I) wafat. Ronggowarsito langsung ditetapkan menggantikan kedudukan sang kakek sebagai Pujangga Kraton Surakarta, pada tanggal 14 September 1845, oleh keputusan Raja yang berkuasa masa itu, Sunan Pakubuwono ke VIII.
Baca Juga : Sejarah Malam 1 Suro Kenapa Dianggap Punya Makna Mistis dan Misterius
Mungkin timbul sedikit pertanyaan, meneliti riwayat Ronggowarsito, sangat jarang disinggung mengenai ayah kandungnya. Ayah tokoh ini adalah Pajangswara, pegawai bagian kesenian Kraton Solo.
Karena ketrampilannya dalam menyanyi, ia sempat mencapai pangkat Panewu Carik dengan memperoleh anugerah gelar Ronggowarsito ke II. Sayang sekali, akibat keterlibatannya dalam masa Perang Diponegoro, ia kemudian ditangkap.
Kemudian diasingkan, sampai meninggal dunia dan dimakamkan di kuburan Luar Batang, Jakarta. Inilah sebabnya, mengapa Ronggowarsito ke III lebih dekat kepada sang kakek. Diasuh sejak kecil di rumah kakek dan langsung bisa menduduki jabatan Pujangga Kraton, begitu sang kakek meninggal dunia.
Baca Juga : Inilah Makna Mistis Angka 17 Sehingga Dipilih Sebagai Tanggal Proklamasi Oleh Bung Karno