Find Us On Social Media :

Ronggowarsito, Pujangga Keraton Surakarta Ini Sudah Meramalkan Hari Kematiannya

By K. Tatik Wardayati, Rabu, 5 September 2018 | 19:30 WIB

Pelopor penulisan sandi-asma

Tidak selalu seekor ular tampil diakhir naskahnya. Dalam berbagai buku lain, kata Ronggowarsito justru diselipkan di tengah-tengah tulisan. Karena penempatan kata tersebut tidak utuh, melainkan terpisah-pisah dan tidak selamanya hanya  pada kata pertama setiap baris dalam puisi.

Baca Juga : Nyai dan Kiai Slamet, Kerbau Sakti dari Surakarta yang Kutunya pun Diburu karena Dianggap Ikut Punya Kesaktian

Sering diselipkan pada permulaan baris, pada awal bait, baris akhir, setiap akhir irama dan bahkan ada yang terselipkan membeliti seluruh puisi.

Mencari kata ronggowarsito dalam puisi agak menyulitkan. Cara membubuhkan nama penulis terjalin dalam karangan semacam itu, dikenal dengan istilah sandi-asma. Cara tersebut mulai diperkenalkan sejak karya pertamanya, kitab Jayengbaya, ditulis pada masa Ronggowarsito masih muda usia dan bernama Kyai Sarataka.

Dan semenjak Jayengbaya itu pula, dalam setiap karangan berbentuk puisi, penempatan sebuah sandi-asma selalu dapat dipastikan. Mencapai puncaknya ketika menyelesaikan buku Witaradya ditahun 1863.

Di mana sejak bait pertama tembang Dandanggula, salah satu jenis nyanyian Jawa, sandi-asma Ronggowarsito terjalin menyelusuri seluruh isi buku. Setiap awal baris sampai habis, dibarengi pada setiap permulaan bait.

Baca Juga : Di Surakarta Sedot Tinja Pakai Scanning Barcode

Dipandang  dari segi jalinan sandi-asma didalarnya, kitab Witaradya memang memiliki keistimewaan tersendiri.

Puisi menentukan dipenuhinya persyaratan mengenai irama, di samping pemakaian pilihan kata-kata tertentu. Ini menyebabkan, penempatan sebuah sandi-asma, meniadakan sama sekali kemungkinan orang lain mencaplok karya tersebut sebagai miliknya.

Tanpa harus membongkar keseluruhan tulisan. Keadaan ini membuahkan jaminan, meskipun dimasa itu suatu karya sastra masih ditulis dengan tangan. Suatu penulisan kembali untuk memperbanyak  transkripsi dari sebuah naskah asli, meskipun berulang kali dilakukan, tidak mungkin menghapuskan nama asli sang penulis.

Karena namanya sudah rapi terjalin membeliti seluruh naskah, sulit dibongkar dan dilenyapkan begitu saja.