21 Tahun Kematian Putri Diana: Kisah Putri yang Menyentuh Fisik dan Hati para Penderita Kusta di Tangerang

Ade Sulaeman

Penulis

Sosok Putri Diana, meskipun bukan pejabat pemerintahan atau anggota keluarga kerajaan, namun pesan belasungkawa datang dari pelbagai negara ketika ia meninggal.

Intisari-Online.com – Walaupun Diana bukan pejabat pemerintahan ataupun anggota keluarga kerajaan, pesan belasungkawa berdatangan dari pelbagai negara, termasuk Presiden Soeharto.

PM Jepang Ryutaro Hashimoto ikut antre di kedutaan Besar Inggris di Tokyo untuk menandatangani buku tanda duka cita.

Presiden AS Bill Clinton tanpa malu mengaku meneteskan air mata saat mengikuti jalannya upacara di London (Hillary Clinton hadir di London) dari Gedung Putih.

Tak kurang Presiden Prancis Jacques Chirac mengeluarkan pesan “ ... kami akan mengenang dia sebagai pribadi yang hangat, tulus, dinamis, dan murah hati ...”

Baca juga: 21 Tahun Kematian Putri Diana: Saat Dokter yang Menangani Kecelakaan Sang Putri Akhirnya Buka Suara

Sekjen PBB Kofi Anan mengatakan, “Tak dapat disangkal lagi, almarhumah adalah ‘Duta Kemanusiaan’. Komitmennya tinggi dalam memperjuangkan dimusnahkannya semua ranjau. Almarhumah berhasil merebut simpati dunia dengan karya amalnya terhadap yang sakit, miskin, cacat dan telantar di seluruh dunia.’”

Buku Diana (1961 - 1997) terbitan Intisari memuat komentar dari Broto Wasisto, staf ahli di Departemen Kesehatan RI, “Saya sangat sedih. Ketika mengunjungi RS Kusta Sitanala di Tangerang, November 1989, ia memberi teladan bahwa kita tidak boleh takut kepada penderita lepra. Ia duduk di ranjang mereka dan menyalami mereka dengan tangan telanjang.”

Tak hanya di London dan Inggris, di seluruh pelosok dunia orang menangisi Diana. Di Paris, dekat lokasi kecelakaan, buket bunga tanda cinta dari masyarakat sampai menggunung.

Di Kedubes Inggris di Jakarta, sepanjang hari pemakaman lagu “Putri Diana” karya Eddy Susanto dan Ragil Soegiono dikumandangkan.

Meskipun Diana adalah pemeluk agama Anglikan, di seluruh dunia diadakan kebaktian baginya di gereja-gereja lain juga, termasuk di sebuah gereja Katolik di Jakarta, atas permintaan sekelompok ibu. (Intisari September 2017)

Baca juga: 21 Tahun Kematian Putri Diana: Tak Boleh Menangis, Harry Kecil Hanya Bisa Lakukan Ini untuk Ungkap Kesedihannya

Artikel Terkait