Find Us On Social Media :

21 Tahun Kematian Putri Diana, Selama Itu Pula Pangeran Harry Memendam Emosi Kesedihannya

By K. Tatik Wardayati, Jumat, 31 Agustus 2018 | 11:15 WIB

Dengan suara tersendat, Harry mengatakan, “Banyak beban kesedihan yang masih perlu di ...” ia bersiul, kedua lengannya menunjukkan gerak menyiram, “... dibersihkan.”

Harry menuturkan, seperti banyak anak-anak korban perceraian, “Saya tak pernah suka berbicara dengan orangtua kami via telepon. Lagi pula kami sudah terlalu sering bicara lewat telepon ketimbang bicara langsung, karena --- ya, karena situasinya demikian,” kata Harry.

Itulah sebabnya pembicaraan mereka yang terakhir dengan Diana lewat telepon begitu singkat. Mereka sedang asyik bermain dalam acara liburan di Puri Balmoral ketika Diana menelepon mereka dari Paris.

“Coba kami tahu apa yang akan terjadi ... , kini kami menyesalinya seumur hidup.”

Baca juga: Tanpa Rasa Takut, Putri Diana Lewati Ladang Ranjau Aktif, Tujuannya Sangat Mulia

Pada bulan April lalu, Harry diwawancarai oleh Bryony Gordon, koresponden Daily Telegraph dan pemandu podcast “Mad World”. Wawancara itu berkisar soal kesehatan mental.

Harry bersama Pangeran William dan Kate, Duchess of Cambridge, mendirikan Heads Together. Ini kegiatan sosial untuk membangkitkan kepedulian mencari penyembuhan bagi masalah-masalah mental yang terpendam di kalangan gelandangan, kaum muda, dan veteran perang.

Harry sampai berkonsultasi pada profesional. “(Setelah] kehilangan ibu pada umur 12 tahun, selama dua puluh tahun ini saya menutup semua pintu keluar bagi emosi saya. Akibatnya timbul masalah yang lumayan parah tidak hanya pada kehidupan pribadi tetapi juga pekerjaan saya,” katanya kepada Gordon.

Baca juga: Sebelum Ajal Menjemput, Inilah Hal-hal yang Dilakukan Putri Diana

Beberapa kali ia nyaris mengalami nervous breakdown. Puncak kekacauan terjadi dua tahun di akhir usia dua puluhan. Untung kakak dan beberapa temannya berhasil membujuk Harry untuk membagi luka hatinya, dan berbicara tentang rasa kehilangannya.

Pernyataan Harry itu disambut gembira oleh dunia profesional kesehatan mental di Inggris, karena dianggap langkah besar dalam budaya Inggris yang sejak dulu selalu menomorsatukan budaya “stiff upper lip” (diam, menahan perasaan).

Rebecca Mead, dalam artikel “Princes William and Harry’s Guarded Confessions in ‘Diana, Our Mother’” (New Yorker, 24/07/2017) menilai, keterbukaan Harry itu jauh lebih berharga ketimbang semua pernyataan yang lain dalam “Diana, Our Mother”.

Baca juga: Sebelum Menghembuskan Napas Terakhirnya, Inilah Kata-kata Terakhir Putri Diana