Find Us On Social Media :

Napoleon: Memamerkan Kemegahan dan Kemewahan Termasuk Kewajiban Seorang Raja

By K. Tatik Wardayati, Rabu, 29 Agustus 2018 | 11:07 WIB

Seringkali orang-orang besar tak dihargai tinggi oleh pelayan-pelayannya yang mengenal mereka dari dekat sekali. Akan tetapi tidak demikian dengan Napoleon.

Pembantu-pembantu dekatnya, para sekertarisnya dan pelajan-pelayannya mengatakan bahwa Napoleon manis budi. Bila marah, sebentar saja, sesudah itu ia biasa lagi. Dan biasanya ia kemudian minta dimaafkan.

Karena pandai bergaul dengan bawahannya seolah-olah mereka itu sederajat dengan dia, maka bawahannya itu setia pada dia. Ini juga ternyata dalam pergaulannya dengan serdadu-serdadunya.  Akan tetapi bila seorang jenderal lain bertindak menurut resep ini, mungkin akibatnya justru kebalikannya.

Salah satu rahasia kemenangan militernya, ialah semangat dan moril dikalangan pasukannya baik sekali. Menurut Wellington (lawannya yang akhirnya mengalahkannya) kehadiran Napoleon ditengah-tengah tentaranya adalah sama dengan penambahan kekuatan dari empat puluh ribu orang.

Baca juga: Tunjangan Napoleon Bonaparte di Pengasingan Pascakekalahan di Peperangan Waterloo Cukup Mewah

Meskipun tentaranya mengundurkan diri dan Moskow dalam keadaan yang sangat buruk, namun tak terdengar keluhan, apalagi pemberontakan atau pelanggaran disiplin yang berarti.

Berapa banyak orang Perancis yang mati dalam perang yang Napoleon kobarkan itu? Penulis sejarah Taine yang hidup pada pertengahan abad ke-19 menaksir bahwa antara 1804 dan 1815 Perancis kehilangan 1,7 juta jiwa.

Akan tetapi kini dapat dikatakan bahwa jumlah itu jauh lebih kurang: kira-kira 400 ribu. Selama empat tahun Perang Dunia I (1914-1918) Perancis kehilangan (mati) lebih banjak; 1.360 ribu  pasukan.

Napoleon mempunyai empat saudara laki-laki. Tiga dari ini dijadikannya raja (Louis dari Holland, Joseph dari Spanyol dan Jerom dari Westphalia). Adik perempuannya, Elisa didjadikan ratu Napoli, dan Caroline achirnya menikah dengan seorang Pangeran.

Baca juga: Thomas Plunkett Sniper Jagoan Inggris di Era Perang Napoleon yang Sukses Jatuhkan Seorang Jenderal Prancis

Napoleon lebih banyak mendapat sakit kepala daripada kesenangan dari saudara-saudaranya  yang dijadikan raja itu. Memang, mereka bukan orang yang pandai-pandai.

Ibundanya

Madame Letizia Bonaparte, ibu dari kaisar, raja-raja, ratu dan puteri ini tidak turut campur dalam politik. Beliau hidup terasing dan sederhana sekali, bahkan kikir. Kata Madame Mere, “mungkin suatu hari saya perlu menyediakan makanan untuk raja-raja yang kulahirkan ini".

Memang ketika beliau menutup mata dalam tahun 1836 (dalam usia 86 tahun; Napoleon sendiri wafat tahun 1821) kerajaan-kerajaan tadi sudah tak ada lagi. Tapi wanita luar biasa ini tak kekurangan setelah Napoleon dibuang.

Semasa ia masih jaya, Napoleon telah menghadiahkan ibundanya suatu rumah besar  (“chateau"), dan uang berjuta-juta francs.

Baca juga: Napoleon Ternyata Tidak Pendek

Setelah Napoleon runtuh, Madame Mere menurut taksiran telah mengeluarkan 10 juta francs untuk membiayai keluarga Bonaparte, keluarga ex-raja, ex-puteri, dan ex-pangeran itu.  Ketika menutup mata Letizia Bonaparte masih meninggalkan warisan yang lumayan.

Dalam perkara kekeluargaan Letizia tetap memegang pucuk pimpinan. Ketika suatu kali Napoleon sebagai Kaisar coba menyuruh Ibundanya mencium tangannya sebagai tanda pengakuan terhadap Napoleon sebagai Daulatnya, wanita agung itu mengabaikan tangan yang ditawarkan puteranya itu! Dan kemudian mengecam pedas si Kaisar.

Madame Mere sering cekcok dengan Josephine de Beauharnais. Ketika Napoleon bertengkar dengan adiknya Lucien dalam urusan famili juga, sang Ibunda memilih pihak Lucien.

Teori wanita agung itu sederhana saja : “Anak emasku ialah senantiasa anakku yang berada dalam kesulitan".

Giliran itu tiba bagi Napoleon ketika dalam tahun 1815 dikalahkan dan dibuang ke St Helena.

(Disarikan dari majalah History Today (September 1963) yang memetiknya dari buku Felix Markham Napoleon, terbit 18 Oktober di London. Dan dimuat di Majalah Intisari edisi Desember 1963)

Baca juga: Dokter Bedah Menggagalkan Penaklukan Napoleon atas Rusia pada 1812