Find Us On Social Media :

Tak Pernah Terhubung dengan Dunia Luar, Suku Terasing Terekspos Pertama Kalinya di Perbatasan Peru dan Brasil

By Muflika Nur Fuaddah, Minggu, 26 Agustus 2018 | 19:35 WIB

Intisari-Online.com - Sebuah suku di Amazon yang selama ini tidak memiliki kontak dengan dunia luar teridentifikasi untuk pertama kalinya.

Suku terasing ini tertangkap dalam kamera sebuah drone yang terbang di atas hutan Brasil.

Demikian disampaikan Yayasan Indian Nasional Brasil.

Rekaman yag dirilis pekan ini memperlihatkan beberapa orang berjalan melintasi sebuah daerah yang sudah dibersihkan di tengah hutan.

Baca Juga: Suku Toda Hanya Mengakui 'Ayah Sosiologis' Bukan 'Ayah Biologis', Ini Maksudnya

Daerah yang terekam kamera itu berada di lembang Sungai Javary tak jauh dari perbatasan dengan Peru.

Salah satu orang itu terlihat membawa tombak atau tongkat.

Sedangkan empat atau lima orang lainnya berdiri di dekat sebuah bangunan dari jerami.

Orang-orang ini terlihat tidak menyadari keberadaan drone yang terbang cukup tinggi di antara pepohonan.

Baca Juga: Kurs Ringgit Juga Anjlok, Ekonomi Malaysia Melemah, Ekonomi Indonesia Kok Malah Tumbuh Pesat?

Yayasan yang dikenal dengan nama Funai ini bertugas untuk melindungi masyarakat asli hutan Amazon.

Apalagi sebagian besar tempat tinggal mereka sudah hancur akibat kolonialisme dan penyakit asing ditambah pembalakan dan pertambangan.

Funai dibentuk pada 1910 oleh penjelajah asal Brasil Candido Rondon, yang terkenal dengan filosofinya dalam berinteraksi dengan suku-suku asli Amazon.

"Mati jika perlu, tetapi jangan pernah membunuh," demikian filosofi Candido Rondon.

Baca Juga: Berlari Mirip Seekor Cheetah, Muhammad Zohri Melesat ke Semifinal Asian Games 2018

Dalam pernyataan resminya, Funai mengatakan tim surveinya sudah berjalan lebih dari 180 kilometer dengan menggunakan perahu, truk, dan sepeda motor.

Selanjutnya, tim Funai masih melanjutkan perjalanansejauh 120 kilometer dengan berjalan kaki.

Kawasan lembah Sungai Javary merupakan rumah dari delapan suku yang sudah memiliki kontak dan 11 suku terisolasi.

"Ini adalah catatan terbanyak kelompok suku terisolasi yang sudah terkonfirmasi di negeri ini," tambah Funai.

Baca Juga: Miliki Ratusan Tank Amfibi Arisgator, Prajurit TNI AD pun Mahir Bertempur dari Arah Laut untuk Mengusir Penyusup

Menurut organisasi Survival Internasional, terdapat lebih dari 100 suku terasing di seluruh dunia.

Dahulu, pemerintah kolonial seringkali memaksakan kontak dan integrasi dengan suku yang mereka temui, kini para ahli justru menyarankan menjauhi kontak.

Sehingga, suku-suku terasing itu memiliki kesempatan untuk menentukan masa depan mereka.

"Memaksakan pembangunan terhadap suku-suku ini tidak akan berhasil. Bahkan layanan kesehatan, di negara kaya sekali pun, tak ada cukup cara menghadapi penyakit dan kehancuran yang disebabkan para penjarah lahan," demikian laporan terbaru Survival Internasional.

Baca Juga: (Foto) Apatani, Suku yang Gemar 'Menyumbat' Hidungnya Agar Terlihat 'Jelek'

"Banyak warga suku asli ini mengatakan kepada kami berulang kali, klinik-klinik baru ini gagal menyembuhkan mereka dari penyakit yang tak pernah mereka derita sebelumnya," tambah Survival Internasional.

Pada Juli lalu, wabah cacar menghantam suku Yanomami yang semi-terisolasi yang tinggal di hutan Amazon di perbatasan Venezuela an Brasil.

Wabah itu membuat puluhan warga suku Yanomami dirawat di rumah sakit dan ratusan lainnya berpotensi tertular karena minimnya vaksinasi atau daya tahan tubuh terhadap penyakit itu.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Satu Suku Terasing Ditemukan di Perbatasan Peru dan Brasil"

Baca Juga: Cucu Konglomerat Rusia Habiskan Rp40 Triliun untuk Pernikahannya, Hanya Agar Mantannya Kembali Padanya