Find Us On Social Media :

Ternyata Letusan Tambora-lah yang Menyebabkan Kekalahan Napoleon Bonaparte

By Muflika Nur Fuaddah, Minggu, 26 Agustus 2018 | 18:45 WIB

Intisari-Online.com- Napoleon Bonaparte, kaisar Perancis berpengaruh yang menaklukan hampir seluruh dataran Eropa akhirnya harus bertekuk lutut dalam pertempuran Waterloo pada Juni 1816.

Sejarawan mencatat kondisi hujan dan berlumpur membantu tentara sekutu mengalahkan Bonaparte.

Peristiwa kekalahan Bonaparte ini pada akhirnya mengubah jalannya sejarah Eropa.

Namun siapa sangka, kondisi tak bersahabat yang dialami Bonaparte disebabkan oleh kekuatan alam yang berjarak ribuan kilomater.

Baca Juga: Kurs Ringgit Juga Anjlok, Ekonomi Malaysia Melemah, Ekonomi Indonesia Kok Malah Tumbuh Pesat?

Tak lain adalah dampak dari erupsi gunung Tambora di Pulau Sumbawa yang menewaskan sekitar 100.000 orang, dua bulan sebelumnya.

Selain membuat Bonaparte kalah telak, letusan Tambora juga berdampak pada penurunan suhu global yang membuat gagal panen serta kelaparan.

Tak heran, fenomena alam itu dijuluki sebagai "Tahun Tanpa Musim Panas".

Menurut Dr Matthew Genge dari Imperial College London yang melakukan penelitian tentang Tambora, ia menemukan bahwa abu vulkanik letusan Tambora dialiri listrik dan dapat memendekkan arus listrik ionosfer, lapisan atas atmosfer yang bertanggung jawab dalam pembentukan awan.

Baca Juga: Suku Toda Hanya Mengakui 'Ayah Sosiologis' Bukan 'Ayah Biologis', Ini Maksudnya

Akibatnya terjadi pembentukan awan yang kemudian diikuti dengan hujan lebat di seluruh Eropa dan menyebabkan kekalahan Napoleon Bonaparte.

Studi yang dipublikasikan di jurnal Geology, Selasa (21/8/2018) menunjukkan bahwa letusan gunung berapi dapat menghempaskan abu jauh lebih tinggi dari yang diperkirakan sebelumnya, yakni mencapai sekitar 100 kilometer di atas permukaan tanah.

"Sebelumnya para ahli geologi mengira abu vulkanik terperangkap di atmosfer yang lebih rendah. Namun penelitian saya menunjukkan bahwa abu dapat naik ke lapisan lebih tinggi melalui kekuatan listrik," kata Genge dilansir Science Daily, Rabu (22/8/2018).