Find Us On Social Media :

Oknum TNI Masih Suka Main Pukul dan Tendang ke Warga Sipil, ‘Penyakit’ Orde Baru Kambuh?

By Agustinus Winardi, Sabtu, 25 Agustus 2018 | 13:15 WIB

Intisari-Online.com - Adanya ulah dari oknum TNI yang masih suka main pukul atau tendang terhadap warga sipil yang dianggap ‘berani memerintah dan membangkang’ kemungkinan besar akibat kultur dan mentalitas ABRI/TNI di era Orde Baru.

Pada jaman pemerintahan Orde Baru di bawah pemerintahan Presiden Soeharto, institusi ABRI yang sengaja digunakan sebagai alat politik, kekuasan, dan penegakkan hukum bagi kalangan sipil pengaruhnya memang sangat dominan.

Apalagi pada era Orde Baru personel Polri juga merupakan anggota ABRI, sehingga para anggota ABRI pun bisa bertindak ‘ala’ Polisi.

Misalnya anggota ABRI bisa menangkap penjahat atau orang yang dianggap penjahat lalu membawanya ke Koramil setempat untuk ‘diinterogasi’ sebelum akhirnya dibawa ke kantor polisi.

Baca juga: 'Viral' Video Oknum TNI Tendang Petugas SPBU di Medan Gara-gara Salah Antre, Ini Faktanya

Intinya keberadaan anggota ABRI di era Orde Baru begitu berkuasa dan juga sangat disegani serta selalu mendapat perlakuan istimewa.

Misalnya, dalam antrean untuk kepentingan apapun, di era Orde Baru anggota ABRI tidak pernah ikut mengantri karena selalu mendapat prioritas.

Kalau ada anggota ABRI yang ikut mengantri malah tampak aneh.

Para warga pun yang merasa segan dan tidak enak hati biasanya langsung memberikan prioritas bagi anggota ABRI bersangkutan.

Baca juga: Kendaraan TNI Memang Boleh Diperlakukan Khusus di Jalan Umum, Tapi Ada Syaratnya

Di jalan raya di era Orde Baru, mobil atau motor berplat TNI juga selalu mendapat prioritas sehingga selalu didahulukan atau diberi jalan ketika macet, ketika masuk tol, dapat tempat khusus dan tidak bayar di tempat parkir manapun, dan lainnya.

Untuk menyalip kendaraan berplat TNI di era Orde Baru, para pengendara sipil juga harus hati-hati dan sopan dengan cara membuka jendela dan melontarkan senyum hormat sambil menganggukkan kepala.

Era ‘kejayaan’ anggota ABRI yang selalu mendapat prioritas dan menjadi orang istimewa itu akhirnya pudar ketika Presiden Soeharto lengser pada tahun 1998 disusul bergantinya pemerintahan reformasi RI.