Find Us On Social Media :

Kapal yang Selalu Sial dalam Pelayaran Itu Akhirnya Tertembak Torpedo Sendiri

By K. Tatik Wardayati, Selasa, 14 Agustus 2018 | 18:45 WIB

Intisari-Online.com – Sesekali mengalami celaka, masih terhitung jamak. Namun, jika kesialan selalu menimpanya, mungkinkah ada faktor di luar dirinya yang jadi penyebab? Itu dialami Kapal Mary Celeste.

Kalau tidak kandas, bertabrakan dengan kapal lain, ya kaptennya tahu-tahu tewas, atau seluruh awak kapalnya hilang. Apa sebabnya? Ini berbeda dengan kasus kapal selam Tang milik Angkatan Laut AS, yang kandas di dasar laut karena tertembak oleh torpedonya sendiri.

--

Siang itu, 5 Desember 1872, petugas menara pengawas pada kapal Dei Gratia melihat sebuah kapal yang terombang-ambing ditampar gelombang. Setelah diteliti, ternyata seluruh awak kapalnya menghilang.

Baca juga: Peringatan 17 Agustus di Kapal Asing dengan Makanan Khas Indonesia yang Jarang Dimakan di Kapal

Nama kapal itu Mary Celeste. Inilah kapal yang nyaris sepanjang "hidupnya" tertimpa dan membawa sial.

Menurut The Unexplained, dulu kapal itu dinamai Amazon dan diluncurkan satu tahun kemudian sejak dibangun tahun 1860, sebagai produk pertama sebuah konsorsium di galangan Joshua Dewis, di Nova Scotia, Pulau Spencer.

Tak lama kemudian nasib buruk menimpa nakhoda pertamanya, Robert McLellan, orang Skotlandia. Ia jatuh sakit dan meninggal.

Ketika posisi nakhoda kemudian diambil alih John Nutting Parker, dalam suatu pelayaran kapal itu terjebak di suatu wilayah dangkal. Sebuah lubang besar yang menganga di lambungnya harus diperbaiki di galangan.

Baca juga: Rusia Luncurkan Pesawat Penghancur Kapal Induk Paling Mutakhir, Militer AS pun Makin Ketar-ketir

Di sini lagi-lagi ia bernasib malang, mengalami kebakaran di bagian tengahnya, dan membuat kepemimpinan Kapten Parker berakhir.

Penyeberangan pertamanya melintasi Atlantik berlangsung mulus. Namun saat memasuki Selat Dover, Amazon menabrak sebuah kapal hingga tenggelam. Kembali ia naik galangan. Setelah diperbaiki dan mendapat kapten baru, Amazon berlayar pulang ke Amerika.

Lagi-lagi ia kandas di batu karang di Cow Bay, Cape Breton Island, Nova Scotia, meski berhasil ditarik dan diperbaiki.

Kisah selanjutnyg tidak jelas, yang pasti pemiliknya terus berganti-ganti. Beberapa di antaranya bangkrut dan tak satu pun dari mereka yang punya kenangan manis dengan Amazon.

Baca juga:Misteri Dakar, Kapal Selam Canggih Israel yang Hilang Secara Misterius

Episode yang paling tragis bermula ketika ia diambil alih oleh J.H Winchester and Co., sebuah konsorsium para pemilik kapal. Saat itu Amazon telah diperbesar berbendera Amerika, dan diganti namanya menjadi Mary Celeste.

Kapten antialkohol

Sekitar akhiir September, atau mungkin awal Oktober 1872, Amazon yang telah salin rupa menjadi Mary Celeste tampak tertambat di Dermaga 44 East River, New York, bersiap-siap memulai pelayaran baru dengan awak kapal baru pula.

Kapten kapalnya Benjamin Spooner Briggs; penduduk New England kelahiran Wareham, Massachusetts, 24 April 1835. Kapten yang puritan dan amat disiplin ini berasal dari keluarga pelaut.

Baca juga: Tragis, Setelah Selamatkan 13 Orang dalam Kecelakaan Kapal Pria Ini Justru Tewas karena Kelelahan

Keyakinan beragamanya yang kuat sering berlebihan, termasuk  pantangnya terhadap alkohol. Tak sebrang awak pun boleh membawa minuman beralkohol kecuali sebagai muatan.

Oleh kenalannya Briggs digambarkan sebagai orang berkarakter kuat, nakhoda yang aktif dan piawai. Briggs ternyata juga pemegang saham Mary Celeste.

Tentang konduite para awak kapal lainnya diketahui bersih dan terampil.

Di kapal itu ikut serta istri kapten kapal - Sarah Elizabeth, dan salah satu dari dua anak mereka, Sophia Matilda (2).

Baca juga: Dari Pesawat Siluman F-22 hingga Kapal Selam Balistik, Ini 5 Peralatan Perang AS yang Bisa Dimiliki Israel dengan Uangnya

Sabtu, 2 November 1872, kargo dimuat ke atas kapal. Mary Celeste membawa 1.701 barel alkohol yang didenaturasi - alkohol yang siap digunakan untuk apa pun kecuali diminum - klriman Meissner Ackerman and Co.; pedagang New York, untuk H. Mascerenhas and Co. di Genoa, Italia.

Pada 5 November kapal pandu Sandy Hook menuntun Mary Celeste dari dermaga 44 ke bagian teluk sebelah luar dekat Staten Island, New York. Karena Samudera Atlantik saat itu diserang baddi, Briggs hanya bisa membuang jangkar. Barulah tanggal 7 mereka mulai meluncur mengarungi lautan.

Kapal tanpa awak

Tepat delapan hari setelaha Mary Celeste meninggalkan New York, kapal Dei Gratia mulai berlayar ke Gibraltar. Nakhodanya David Reed Morehouse dari Nova Scotia dengan kelasi pertama Oliver Deveau.

Baca juga: Iran Kerahkan Kapal-kapal Perang ke Teluk Persia Bukan untuk Perang, tapi 'Mengadu Domba' AS dan Israel

Pada 5 Desember, pukul satu siang lewat beberapa menit, John Johnson – awak yang sedang memegang kemudi - melihat kapal besar± 8 km jauhnya dari haluan kiri. Melihat layarnya tak keruan dan kapal oleng ke satu sisi, akhimya Kapten Morehouse memerintahkan untuk memberi bantuan. '

Pukul 15.00, kedua kapal itu tinggal 370 m jaraknya. Beberapg sinyal dikirim, tak satu pun jawaban diberikan oleh kapal temuannya. Kapten lalu mengutus Oliver Deveau bersama Wright dan Johnson; untuk menyelidiki. Namun hanya Oliver dan Wright yang naik kapal, sementara Johnson tinggal di sekoci.

Layar utama  ditemukan di  haluan, tapi bagian-bagian layar yang lain dan layar depan tali-temalinya tampak kacau balau. Beberapa malah terputus-putus dan sebagian tercantol di sisi kapal. Dapur tergeriang air setinggi 30 cm. Ada sedikit persediaan makanan untuk enam bulan tapi telah membusuk. Sementara air segar tersedia cukup banyak.

Barang-barang yang hilang dari kapal adalah kronometer, sekstan, buku navigasi, dan sekoci yang diikat di palka utama. Sepotong pipa di sepanjang sisi kapal telah dilepas untuk meluncurkan perahu kecil itu. Ini mungkin jawabannya, para panumpang sengaja meninggalkan kapal.

Baca juga: 13 Orang Hilang Setelah Kapal Bunga Hati 2 Terbalik, Pencarian Terhambat Gelombang Tinggi

Tapi apa alasan seorang pelaut senior  macam Benjamin Briggs  meninggalkan kapal besar yang laik laut, memisahkan anak-istri dan ketujuh awak kapal ke sekoci sempit yang tidak stabll?

Hanya dua harl perbaikan, Mary pun siap dibawa ke pelabuhan terdekat untuk diserahkan pada  pihak berwajib.

Dei Gratia tiba di Gibraltar, tanggal 12 Desember, sedangkan Mary keesokan paginya. Setelah dua jam membuang sauh, Mary Celeste dinyatakan ditahan Thomas J. Vecchio dari pengadilan di lingkungan Angkatan Laut Inggris.

Dirompak dan dibunuh

Jaksa Agung untuk Gibraltar, Frederick'Solly Flood, menganggap kasus Mary Celeste melulu kasus perompakan dan pembunuhan.

Baca juga: Mampu Telan Kapal hingga Pesawat, 'Kekuatan Ajaib' Segitiga Bermuda kini Terungkap

Dugaan pertama, seorang awak kapal Mary telah meminum muatannya, dalam keadaan mabuk ia membunuh Kapten Briggs dan anak-istrihya. Teori serupa diajukan oleh William A. Richard, menteri keuangan AS, yang kemudian dimuat dalam New York  Times tahun 1873.

 Tapl ide ini gugur, karena muatannya adalah alkohol yang didenaturasi, yang bisa membuat peminumnya sangat kesakitan sebelum mabuk.

Selanjutnya, Flood curiga, jangan-jangan Briggs dan, Morehouse telah bersekongkol. Briggs membunuh awak kapalnya dan menyingkirkan mayat mereka. la kemudian pergi dengan sekoci ke suatu tempat sesuai perjanjian dengan Morehouse. Begitu Morehouse menemukan Mary Celeste, ia membawanya ke Gibraltar dan mengklaim hadiah.

Menurut hukum maritim internasional, barang siapa menemukan kapal biasanya kapal karam  - berhak mendapatkan hadiah sebesar sekian persen dari nilai kapal dan barang muatannya. Kelihatannya masuk akal, namun dengan pengamatan teliti tidak ada bukti bahwa Morehouse atau Briggs itu kriminal.

Baca juga:Amerika Cemas, Rusia Datangkan 26 Kapal Perang Baru dan Rudal yang Bisa Menembus Semua Ibukota Negara Eropa

Selain itu, bagian hadiah yang didapat Morehouse, tak lebih hesar  dari modal yang ditanamkan dalam kapal itu.

Teori ketiga menuduh Morehouse, dan awak kapalnya merompak Mary-Celeste, dan menghabisi semua penumpangnya. Ini pun sulit dibuktikan.

Malah pengadilan kelautan Inggris itu akhirnya menghapus semua kecurigaan dan menghadiahi Morehouse 1.700 ponsterling.  Namun menurut penddpat banyak orang, Morehouse seharusnya mendapatkan dua atau bahkan tiga kali lebih besar.

Kisah misteriusnya terus beredar dan semakin banyak versi cerita yang muncul. Bahkan tak sedikit pula yang membukukan atau memfilmkan kasus ini. Diantaranya adalah kisah fiksi J.. Habakuk Jephson 's Statement hasil olah tulis dokter berkebangsaan Inggris Arthur Conan Doyle (yang terkenal dengan tokoh Sherlock Holmes-nya).

Baca juga: Cerita Heroik Bapak TNI AU yang ketika Masih Jadi Tentara Belanda Pernah Menenggelamkan Kapal Perang Jepang

Tahun 1920-an Chamber's Journal memuat artikel Lee Kaye yang diakui sebagai tuturan salah seorang awak Mary Celeste yang selamat. Awak kapal ini konon bernama John Pemberton, nama yang tidak pernah disebutkan dalam daftar  nama  awak kapal Mary Celeste.

Kisah Pemberton makin dikenal massa setelzh Laurence J. Keating menulis The Great Mary Celeste Hoax, yang sempat menjadi best seller.

Sekian lama tersembunyi baru pada 6 Mei 1929 seorang koresponden Evening Standard konon berhasil menemui, bahkan memotret John Pemberton.

Namun akhirnya terungkap, semua itu akal-akalan belaka. Lee Kaye, Laurence J. Keating, bahkan koresponden khusus Evening Standard mengacu pada orang yang sama, Laurence J. Keating. Sedangkan foto John Pemberton tak lain gambar ayah Keating.

Baca juga: Ketika Kapal Selam Indonesia Dikepung Armada Gabungan Nato di Laut Mediterania

Diculik UFO

Ada lagi yang melempar pendapat Mary Celeste diserang monster, tepatnya gurita raksasa yang kelaparan sehingga menelan semua penumpangnya. Tapi banyak yang menganggap itu takhayul belaka.

Pula mana mungkin semua penumpang berada di atas geladak, lalu dengan patuh menunggu giliran ditelan sang monster satu per satu? Lalu apa tidak aneh kalau monster pun memilih melahap kronometer, sekstan, buku navigasir dan sekoci?

Kemudian Morris K. Jessup  menduga  awak kapal Mary Celeste diculik UFO. Malah tak kurang yang  menganggap awak kapal itu menjadi korban Segitiga Bermuda, wilayah yang selama ini dinilai rawan bagi banyak kapal.

Tak seorang pun tahu pasti apa yang sesungguhnya terjadi  pada Mary Celeste, sampai ketika tanggal 16 Mei 1873 Harian Daily Albion di Liverpool melaporkan telah ditemukannya dua perahu oleh nelayan-nelayan di Baudus, Asturias, dekat Madrid, Spanyol.

Baca juga: 'Hanya' Gara-gara Memotret Kapal, Pasangan Ini Dijebloskan ke Penjara yang Kondisinya Buruk dan Tak Diberi Makan

Perahu pertama memuat tengkorak yang terikat dan mengibarkan bendera Amerika. Sedangkan perahu kedua membawa lima mayat yang mulai hancur membusuk. Sayangnya, tak dilakukan penelitian yang mendalam, sehingga tak bisa ditentukan siapa mereka sebenarnya dan berasal dari kapal apa. Mungkinkah mereka awak kapal Mary Celeste?

Dari Gibraltar Mary Celeste diserahkan kembali pada James H. Winchester, dan di bawah komando Kapten George W. Blatchford. la meneruskan perjalanannya ke Genoa dan berhasil menyerahkan muatannya.

Winchester kemudian menjual kapal itu  kabarnya dengan harga yang sangat murah hingga  pemiliknya tentu merugi besar. Selama 12 tahun berikutnya Mary  Celeste berpindah tangan hingga 17 kali.

Kembali, tak satu pun dari pemilik barunya punya pengalaman baik dengan kapal ini. Kandas, terbakar, dan berbagai kecelakaan lain terus menimpanya.

Baca juga: Tak Mau Kalah dari AS, Rusia, dan China, Turki Produksi Sendiri Kapal Induk yang Siap Beroperasi, Seperti Ini Keistimewaannya

Menjelang 1884, Mary Celeste yang sudah tua dan agak compang-camping dibeli Gilma C.  Parker. Si Tua kemudian berangkat ke Port au-Prince, Haiti, dengan membawa kargo yang diasuransikan sebesar AS $ 30.000.

Ternyata, pada 3 Januari 1885 Mary Celeste yang malang itu dengan sengaja dikandaskan oleh pemiliknya di lepas pantai Haiti, lalu dibakar, supaya ia dapat mengklaim asuransinya. Karena ketahuan oleh pihak asuransi, Parker diajukan ke pengadilan federal di Boston.

Namun, ia dan konco-konconya, karena soal teknis hukum, terbebas dari  tuntutan. Toh mereka belum terbebas dari "kutukan" Mary Celeste. Tak lama kemudian Parker bangkrut dan meninggal dunia dalam kondisi mengenaskan. Salah seorang rekannya jadi sinting dan menghuni rumah sakit jiwa sampai akhir hayatnya. Satu lagi bunuh diri.

Kapal bunuh diri

Mary Celeste bukan satu-satunya yang punya akhir hidup mengenaskan. Menurut  Unexplained Mysteries of World War II; adalah Tang, kapal selam AL AS, salah satu kapal yang terhebat sepanjang masa arung dalam PD II.

Baca juga:  Benarkah Archimedes Hanguskan Kapal Militer Romawi 'Hanya' Bermodal Cermin?

Berulangkali kapal yang diperlengkapi peralatan deteksi termodem ini unjuk gigi  menenggelamkan kapal-kapal Jepang. Sementara Selat Formosa dipilihnya sebagai tempat berburu kegemarannya.

Di selat itu pula di kala fajar 25 Oktober 1944, Tang memilih gahs hidupnya sendiri.

Sepanjang 8 bulan masa operasinya di bawah komando Richard H. O'Kane, 24 kapal pernah dikaramkannya dengan bobot mati seluruhnya 93.184 ton, Tak satu pun kapal selam lain pernah mencapai jumlah itu.

Penembakan terakhir menyisakan satu torpedo. Seorang awak kapal, Bill Leibold, bercanda ingin menyimpannya sebagai kenang-kenangan.

Baca juga: Bisa Timbulkan 'Kiamat' dari Dasar Lautan, Inilah 4 Kapal Selam Inggris yang Beroperasi Tiap Hari

Tdpi O'Kane telah memutuskan untuk menyerang kapal pemandu yang telah mereka lumpuhkan sebelumnya. Ia membawa kapal selam itu ke tempat pengintaian baru, yang aman dari serangan torpedo.

Segera ia memberi perintah untuk menembak. Setelah itu, Tang dapat kembali ke pangkalannya di Pearl Harbour.

Ada 8 orang di anjungan itu termasuk O'Kane, ketika tiba-tiba salah seorang di antara mereka memencet tombol alarm tanda bahaya dan menunjuk ke suatu tempat. Beberapa pasang mata melihat adanya buih jejak luncuran torpedo, menghunjam ke arah Tang.

O'Kane masih sempat berpikir siapa penyerangnya. Karena tidak nampak kapal perang Jepang lainnya di sekitar kapal pemandu lumpuh yang hendak ditembaknya.

Baca juga: Tim Pemburu Harta Karun Korsel Temukan Bangkai Kapal Pembawa Emas Senilai Rp1600 triliun

Sapuan sonar pun tidak menunjukkan tanda kehadiran kapal selam musuh. Sungguh tak dapat dibayangkan, ia dapat diserang mendadak.

Torpedo itu meluncur makin dekat. Anehnya, arahnya memutari Tang dengan diameter yang makin lama makin sempit. Tang pun terperangkap.

Ketika torpedo menghantam, ledakannya melemparkan O'Kane bersama 8 orang lainnya ke laut. Beberapa luka berat dan tidak mampu menyelamatkan diri, karena tak seorang pun mengenakan jaket penyelamat.

Dalam beberapa menit kemudian hanya tersisa 4 orang yang masih bertahan di laut. Mereka adalah O'Kane, Leibold, petugas mesin Letnan Larry Savadkin, dan spesialis radar Floyd Caverly, yang beberapa detik sebelum torpedo menghantam, telah naik geladak untuk melaporkan kegagalan kerja beberapa peralatannya.

Baca juga: Digunakan untuk Menyerang dan Menyiksa Pelaut Lain, Inilah 5 Kapal Bajak Laut yang Paling Ditakuti dalam Sejarah

Tang pun mulai karam dari buritannya dulu dengan kecepatan mengerikan. Benturan keras terdengar begitu buritannya menyentuh dasar di kedalaman 180 kaki. Sementara sebagian besar haluannya tetap muncul di permukaan.

Sementara itu konvoi kapal perang pemandu Jepang lainnya di sekitar kapal pemandu yang ditembak Tang sebelumnya mulai menyerang gencar. Tak satu pun tembakan itu sampai cukup dekat hingga praktis tak ada kerusakan tambahah yang dialami Tang.

Namun serangan membabi buta selama empat jam itu tetap saja mimpi buruk bagi awak kapal Tang. Tidak ada pilihan lain, kecuali mereka menunda usaha melarikan diri. Meskipun dari jarak jauh gelombang kejutan bawah air dapat saja mematikan.

Ketika serangan berakhir, 30 orang yang masih hidup di bawah arahan petugas torpedo Letnan Jim Flanagan, bersiap mengkaramkan kapal selam. Tapi akhirnya, setelah proses pengkaraman, dari 88 awak Tang, hanya 15 di antaranya O'Kane, Leibold, Flanagan, dan Oliver - yang selamat karena ditolong sekaligus ditangkap kapal Jepang.

Baca juga:Ketika Kapal Perang AS Merontokkan Pesawat Komersil Iran yang Berisi 290 Orang Akibat Kesalahan Radar dan Kecerobohan Awak Kapal

Jepang berpropaganda mengaku sebagai pengandas  Tang. Namun  staf AL AS tetap penasaran dengan nasib tragis yang  dialami kapal selam itu.

Ketika kamp penjara di Omori, tempat penahanan awak Tang yang selamat, dibebaskan oleh tentara Amerika tanggal 29 Agustus 1945, tinggal 9 orang yang hidup termasuk O'Kane yang kemudian dianugerahi Congressional Medal of Honor.

O'Kane pulalah yang membuka rahasia kisah nyata tenggelamnya  kapal selam Tang. Kapal itu menenggelamkan dirinya sendiri dengan torpedonya yang terakhir.

la memang berhasil ditembakkan, namun alat kemudinya sudah tidak beres yang mengakibatkan arah lajunya jadi berbelok menuju kapal asalnya.

Bill Leibold benar. Seharusnya mefeka menyimpan torpedo itu sebagai kenang-kenangan. (sht)

(Seperti pernah dimuat di Majalah Intisari edisi April 1995.)

Baca juga: Di Antara Banyak Penumpang yang Terombang-ambing di Lautan, Balita Korban Kapal Tenggelam di Selayar Ini Berhasil Selamat