Penulis
Intisari-Online.com – Ketika tahun 1962 semasa Trikora, kami berada di Irian Barat telah terjadi suatu peristiwa yang sangat kebetulan sekali.
Kami tim pasukan payung waktu itu sudah empat hari berada di hutan di mana secara tiba-tiba bertemu musuh dan pertempuran berlangsung selama 30 menit.
Dengan gerakan melambung dan siasat menghilang, pertempuran besar dapat dihindari untuk menghemat mesiu dan tenaga.
Setelah pertempuran reda, ternyata 3 orang tidak ada. 2 orang gugur dan seorang lagi masih kami cari.
Baca juga: Saat Seks Dijadikan Senjata Propaganda Selama Perang Dunia II
Setelah musuh kembali ke kota, kami kembali ke tempat pertempuran.
Ternyata kami melihat titik-titik darah berceceran. Kami ikuti dan 50 meter dari tempat pertempuran kami berhenti karena mendengar rintihan.
Setelah kami perhatikan sambil tiarap di bawah pohon besar di tepi rawa, ternyata teman kami yang kena tembak musuh.
la hampir kehabisan darah dan kaos dalamnya dua potong sudah dirobek buat membalut luka.
la kami gendong bersama. Sesudah dapat berbicara ia bercerita bahwa dia masih hidup karena pura-pura mati.
Sebab setelah kena tembak dia rebah dan dalam keadaan parah dan kesakitan muncul musuh dari arah depan.
Dengan jelas ia melihat musuh dan siap senjata pasang sangkur yang berarti sudah siap menembak.
Karena sudah tidak ada kekuatan akhirnya ia rebah pura-pura mati.
Tak lama kemudian musuh lewat 3 meter sambil teriak-teriak pakai bahasa mereka karena mengira teman kami itu sudah mati.
Setelah musuh agak jauh maka kawan itu merayap sekuat tenaga dan sembunyi di balik pohon besar sampai saat kami menemukannya. (Hadi Pranoto – Intisari Agustus 1973)
Baca juga: Biayai Riset Besar-besaran untuk Teliti Perang Kemerdekaan Indonesia, Belanda Ingin 'Cuci Tangan'?