Find Us On Social Media :

Lagi, Media Sosial Berhasil Bantu Memecahkan Misteri Pemain Ski yang Hilang 60 Tahun Lalu

By Moh. Habib Asyhad, Kamis, 2 Agustus 2018 | 17:30 WIB

Intisari-Online.com - Benar belaka, dalam banyak kasus, media sosial telah membantu umat manusia memecahkan misteri yang selama ini terpendam rapat.

Belum lama ini, anak kandung internet ini berhasil membantu memecahkan misteri identitas pemain ski yang di hilang di Alpen, Italia, pada 1954.

Menurut Polisi Negara Italia, jenazah laki-laki itu ditemukan di Matterhorn pada 2005 lalu.

Di sekitarnya ditemukan jam tangan, ski, kacamata, dan pakaian.

Meski begitu, pihak berwenang Italia tidak dapat mengidentifikasi jenazah itu, yang ditemukan lebih dari 3.000 ribu meter di atas permukaan laut.

Baca juga: Hmm... Bunga Abadi Edelweiss Asli Ternyata Ada di Pegunungan Alpen, Bukan di Gunung-gunung Indonesia

Mayat itu, seperti dilaporkan The Independent, ditemukan di sebuah gletser di resor Valtourneche.

Lalu pada 2017, para pejabat, dengan memanfaatkan kemajuan dalam teknologi penelitian DNA, mereka menemukan hal baru seputar misteri mayat itu.

Dari penelitian DNA itu, kepolisian menemukan bahwa mayat itu adalah seorang laki-laki berusia antara 30 hingga 35 tahun.

Para ahli mecatat, pakaiannya, yang tidak terlalu berat, mengindikasikan bahwa ia meninggal pada akhir musim dingin atau awal musim semi.

Benda-benda yang ditemukan bersamanya juga menunjukkan bahwa ia meninggal sekita tahun 1905-an. Dan yang lebih penting, kemungkina besar ia orang Prancis.

The Guardian melaporkan, jaksa di Aosta Valley, Italia, kemudian memosting temuan penyelidikan itu di halaman Facebooknya bulan lalu.

Tak sekadar memosting, ia juga meminta informasi tambahan dari para pengguna media sosial itu untuk berbagi informasi—siapa tahu ada yang mengenalnya.

Tak hanya si jaksa, kepolisian Italia juga melakukan hal yang serupa—selain menghubungi rekan-rekan mereka di Prancis.

Misteri si pemain ski itu dengan cepat menjadi virus, beberapa media tak luput memberitakannya.

Baca juga: (Foto) Melihat Keindahan Jembatan Emas Dengan Tangan Dewa di Vietnam yang Viral di Media Sosial

Tak lama kemudian, seseorang memosting di halaman Facebook Kepolisian Italia, mengaku bisa mengenali laki-laki itu.

“Seorang perempuan mengaku yakin ia tahu identitas laki-laki itu: ia pernah mendengar di sebuah radio Prancis terkait kasus itu—yang diworo-worokan POlisi Italia,” jelas salah seorang polisi Italia.

Perempuan itu mengaku bahwa pamannya telah menghilang di Matterhorn pada 1950-an.

Perempuan Prancis itu, Emma Nassem namanya, mengatakan bahwa laki-laki itu bisa jadi adalah pamannya, Henri le Masne, yang hilang tahun 1954. Begitu The Guardian melaporkan.

Setelah polisi Italia menghubungi Nassem, ayahnya, Roger le Masne, yang kini berusia 95 tahun, memberikan sampel air liurnya, dan pecahnya misteri yang bertahan selama puluhan tahun itu.

Sampel air liru itu menegaskan bahwa mayat itu memang milik Henri le Masne, yang meninggal di Alpen pada 26 Maret 1954, di hari ulang tahunnya ke-35.

Henri bekerja di Kementerian Keuangan di Paris dan merupakan pemain ski yang rajin. Dua tahun sebelum kematiannya, ia selamat dari kecelakaan di Pegunungan Alpen.

“Ia mencintai kesunyian gunung-gemunung di mana ia ia sering memberanikan diri menaikinya atau berski,” kata Polisi Negara Italia, dalam sebuah pernyataan.

Ia sering memberi tahu saudaranya bahwa bahaya gunung tidak akan pernah bisa membuatnya takut.

Baca juga; Jadi Salah Satu Perdebatan Besar Budaya Pop, Misteri Pencipta Lagu The Beatles Ini Terungkap oleh Sains

“Kami telah merekontruksi keberadaan seseorang laki-laki yang telah terkubur di pegunungan kami selama lebih dari 60 tahun,” tambah si petugas polisi.

Teknologi DNA terbukti sangat penting dalam memecahkan masalah peristiwa masa lalu.

Amerika Serikat sendiri sangat terbantu dengan metode ini untuk mengenali sisa-sisa tentaranya yang meninggal di medan pertempuran.

Metode ini juga kerap memberi wawasan baru tentang masa lampau. Tahun lalu, beberapa ilmuwan mengumumkan telah menemukan “jejak” genetika yang mengantar ke peradaban Kanaan yang termaktub dalam Alkitab.

Analisis DNA juga membantu mengungkapkan perincian baru tentang peradaban Minoa kuno di Pulau Kreta dan peradaban Mikenai di Yunani daratan.

DNA dari bayi yang meninggal di Alaska sekitar 11 ribu tahun yang lalu memberi gambaran terbaik tentang genetika nenek moyang penduduk asli Amerika saat ini.

Tapi lebih dari itu, media sosial yang memungkinkan dilakukannya tes DNA dalam misteri kematian Henri di Alpen juga tak kalah pentingnya.