Find Us On Social Media :

Novichok, Racun Saraf CIptaan Uni Soviet yang Ampuh Lumpuhkan Tubuh, Lebih Kuat dari Gas Sarin

By Intisari Online, Sabtu, 14 Juli 2018 | 13:17 WIB

Intisari-Online.com - Charlie Rowley dan Dawn Sturgess, ditemukan dalam keadaan tak sadarkan diri di Wiltshire, Inggris, setelah terpapar agen saraf Novichok. Nyawa Sturgess tidak dapat diselamatkan, sementara Rowley berada dalam keadaan kritis.

Sebelumnya, pada Maret lalu, mantan mata-mata Rusia, Sergei Skripal, dan putrinya, Yulia Skripal juga diracun dengan agen saraf yang sama. Membuat mereka harus dirawat di rumah sakit dalam kondisi serius selama beberapa minggu.

Menurut para ahli, racun saraf Novichok lebih kuat dari VX atau gas sarin.

Merupakan yang terbaru di kelas agen saraf, Novichok pertama kali dikembangkan oleh pemerintah Uni Soviet pada akhir Perang Dingin. Meski begitu, racun ini tidak pernah digunakan dalam perang.

Baca juga: Mengenal Vajra, Senjata Perang Kuno yang Konon Mampu Keluarkan Petir

Novichok biasanya digunakan dalam bentuk bubuk super halus, cairan atau uap.

“Agen Novichok ini terdiri dari dua komponen tak beracun. Namun, ketika dicampur, keduanya membetuk agen saraf,” kata Michelle Carlin, dosen kimia forensik di Northumbria University.

Gary Stephens, ahli farmakologi dari University of Reading, Novichok lebih berbahaya dan mematikan dibanding gas sarin atau VX. Ia juga sulit diidentifikasi.

“Salah satu alasan mengapa agen saraf ini bisa berkembang adalah karena komponen pembuatnya tidak ada dalam daftar terlarang. Artinya, bahan kimia yang dicampur untuk membuatnya lebih mudah dikirim – tanpa risiko penyitaan terkait bahaya kesehatan,” paparnya.

Baca juga: Perang Suriah Mulai Berkecamuk di Dataran Tinggi Golan, Israel Minta Putin 'Bujuk' Iran untuk Menjaga Jarak

Bagaimana cara Novichok bekerja?

Agen saraf Novichok merupakan senjata kimia yang paling beracun dari yang pernah ada. Ia menyerang sistem saraf pusat dengan mengganggu komunikasi antara otak, organ utama dan otot-otot tubuh.

Novichok dibuat lebih beracun dibanding senjata kimia lainnya, oleh karena itu, pada beberapa versi, ia menyerang dengan sangat cepat. Sekitar 30 detik hingga dua menit.