Namun, seperti pada umunya seorang penguasa, Sayyida pun tak lepas dari gelimangan uang dan permainan politik.
Kebesaran namanya pun harus tumbang ditangan menantu laki-lakinya sendiri yang melakukan kudeta pada 1542.
Sejak saat itu, Sayyida kembali ke kampung halamannya di Chefchaouen hingga meninggal dengan tenang pada 1561.
Bagaimanapun, sepak terjang kehidupan Sayyida membuatnya menjadi penguasa perempuan Islam terakhir yang memiliki gelar "al-Hurra," yang berarti wanita berdaulat dan menjadi pahlawan Maroko.