Find Us On Social Media :

Lebaran di Toulouse, Wajah Bule kok Seleranya Kerupuk dan Sambal Terasi Ya?

By K. Tatik Wardayati, Kamis, 14 Juni 2018 | 14:15 WIB

Saya amati sebagian besar jamaah yang ikut makan berasal dari kalangan tak mampu, mulai dari pekerja kasar hingga gelandangan.

Hingga saya sempat berpikir: apakah berhak ikut makan atau tidak? Tapi karena status saya pelajar dan juga musafir, ditambah perut yang lapar, cukuplah pembenarannya, hingga akhirnya semuanya ludestak tersisa.

Kegiatan malam Ramadan dilanjutkan dengan salat isya dan tarawih yang berakhir pada pukul 01.00, atau tiga jam sebelum imsak. Walau lelah dan mengantuk, ada perasaan nyaman berada di sekitar saudara-saudara muslim dari segala suku bangsa, beribadah dan menjalani Ramadan bersama. Sedikit penghibur hati jauh dari Tanah Air dan dari keluarga.

Makanan pengobat rindu

Menjelang lebaran, malam takbiran kami habiskan dengan berbuka puasa bersama Perhimpunan Pelajar Indonesia (PPI) Toulouse. Teman-teman pelajar ini sudah menjadi seperti keluarga dan saudara sendiri.

Dalam momen-momen seperti inilah kami bisa merasakan masakan Indonesia yang dimasak seadanya, sambil menunggu pengumuman jatuhnya Idul Fitri.

Baca juga: Mudik Lebaran di Solo? Jangan Lupa Mampir ke Sate Kere Yu Rebi yang Dibacem Tiga Kali

Penentuan Idul Fitri di Prancis dilakukan oleh Grande Mosquée de Paris (Mesjid Raya Kota Paris) dan diumumkan setelah pengamatan hilal. Walau Grande Mosquée de Paris wilayah yurisdiksinya hanya Paris dan sekitarnya, namun fatwa-fatwanya menjadi pedoman bagi warga muslim di seluruh Prancis.

Alhamdulillah Lebaran tahun itu jatuh pada hari Minggu, sehingga pelajar Indonesia dapat berencana untuk melakukan salat Ied bersama di Masjid Ennour. Dari sekitar lima masjid besar di Toulouse, masjid inilah yang terdekat lokasinya.

Senang sekali saya dapat merasakan lebaran, karena tahun sebelumnya absen, lantaran ada kegiatan kampus untuk mengunjungi fasilitas perakitan akhir pesawat superjumbo Airbus A380.

Pagi itu kami janjian untuk berangkat bersama dari stasiun Metro (kereta bawah tanah) Faculté de Pharmacie tak jauh dari asrama kampus. Subhanallah, suasananya ramai sekali dengan orang-orang berjubah dan berjilbab, dari berbagai bangsa dengan berbagai warna

kulit. Masing-masing menggunakan pakaian khas negaranya. Kami pun bangga menggunakan baju koko atau batik lengkap dengan peci. Praktis Metro pagi ini penuh terisi oleh kaum muslim yang hendak salat Ied.