Find Us On Social Media :

Bu, Suamiku Mantan Seorang Gay, Aku Harus Bagaimana?

By Moh. Habib Asyhad, Sabtu, 9 Juni 2018 | 16:30 WIB

Baca juga: Wow! Ternyata Wanita Lebih Suka Menonton Film Porno tentang Lesbian

Sedihnya, untuk memulainya kita butuh dua orang, mengakhirinya Cuma butuh satu orang saja! Jadi kalau yang satu pihak sudah tak merasa punya kebutuhan lagi, sementara pasangannya masih cinta, masih sayang dan masih ingin bersama, ya ikatan itu cuma semu saja jadinya.

Paling aman dan mudah adalah mendekatkan diri pada Tuhan. Di benak tiap orang pasti ada kebutuhan untuk mendekat kepada yang menciptakan dirinya. Saya katakan aman karena pasti tidak akan salah apabila kita memulainya dengan dua hal saja, yaitu takut dan malu.

Takut, karena dialah yang punya kekuasaan tertinggi atas diri kita.

Sedangkan rasa malu patut kita miliki karena kita sudah diberi begitu banyak nikmat dalam hidup kita, bukan?

Misalnya, ada teman, yang katakan bernama Ani, selama empat hari berturut-turut membawakan Anda makanan enak-enak. Bukankah pada hari ke-5 ada dorongan di hati kecil Anda untuk juga membalas kebaikannya selama empat hari itu?

Rasanya malu benar kalau kita takmembalasnya, bukan? Kalau kita ingat-ingat yang sudah Tuhan beri pada kita, pastilahjauh lebih banyak dibandingkan makanan yang diberi Ani, bukan?

Nah, dua hal ini saja dulu yang Anda berdua lakukan, pastilah dorongan untuk berbuat kebaikan akan pelan-pelan mengalahkan nikmat yang sebenarnya justru adalah sumber dari keruwetan hidup selama ini.

Pelan-pelan baru Anda berdua menggali lagi lebih tanjut, beragama itu untuk apa sih, dan rasakan nikmatnya.

Dalam seluruh rangkaian upaya itu, jadikan diri Anda teman bicara yang menyenangkan baginya sehingga ia tak enggan bertemu dengan Anda. Bila ini berlangsung lancar, pelan-pelan, saya yakin cinta dipihaknya akan makin tumbuh.

Langkah berikutnya, usahakan secepatnya bisa berkumpul hanya berdua saja.

Salah satu yang menyebabkan para homo dan lesbi sukar mengubah orientasi seksualnya adalah karena mereka tetap saja berada berdekatan dengan pasangan sejenisnya. Ya tentu tarikannya lebih kuat, dibanding Anda yang datang belakangan dan bertemunya juga cuma sebentar.

Akhirnya, tetapkan target waktu untuk perubahan pada diri suami. Bila menginjak tahun kedua perkawinan, tak ada yang berubah, saya khawatir ia cuma butuh kamuflase alias kedok saja bahwa ia hidup lazimnya yang lain, punya istri dan berkeluarga.

Maka, baik sekali bila Anda bisa bicara pada suami tentang rencana dan harapan Anda dari dirinya, tidak dengan nada menyalahkan, tetapi justru dengan menyediakan diri Anda untuk mendampinginya di masa-masa sulitnya, ketika ia memulai babak baru dari kehidupan sebagai suami Anda.

Baca juga: Kontes 'Ratu Homoseksual' di Lebanon: Tempat Pria Menyamar jadi Wanita

Bagaimana kalau ia terus mengelak dan tak mauberubah ? Jangan berlama-lama buang waktu untuk sebuah kesiasiaan! Anda punya banyak peluang kok untuk hidup dalam perkawinan yang sehat dan normal. Bertahan dalam perkawinan seperti ini jelas hanya ABCDEF saja. Aduh Booo Cape Deh Eke Fusing.

Salam sayang.

*Rieny Hassan adalah pengasuh kolom "Tanya Jawab Psikologi" Tabloid Nova Februari 2007

Artikel ini pernah tayang di Tabloid Nova edisi 5-11 Februari 2007 dengan judul "Suamiku Mantan Gay"