Find Us On Social Media :

Inilah Jumlah Penghasilan Kelompok Abu Sayyaf dari Penyanderaan

By Moh. Habib Asyhad, Senin, 31 Oktober 2016 | 15:00 WIB

Cerita dan Derita Pria Norwegia yang Setahun Jadi Sandera Kelompok Abu Sayyaf

Intisari-Online.com - Jika di Samuera Hindia ada Perompak Somalia, maka di perairan Asia Tenggara adalah kelompok Abu Sayyaf. Kelompok yang kerap meminta tebusan dari para sanderanya ini telah menjadi momok negara-negara yang berada di kawasan tersebut, seperti Indonesia, Malaysia, dan Filipina sendiri.

Lalu muncul pertanyaan, berapa kira-kira jumlah penghasilan kelompok Abu Sayyaf dari penyanderaan itu?

Seperti dilaporkan keamanan Filipina yang dilansir AP, pada semester pertama 2016 ini, kelompok yang juga dikenal dengan Al Harakat Al Islamiyya ini telah mengantongi uang tebusan sebesar 353 juta peso (sekitar Rp95 miliar).

Dalam laporan itu disebutkan, serbuan aparat keamanan belakangan ini sempat melemahkan kekuatan Abu Sayyaf. Namun, kelompok itu tetap menjadi ancaman dan mampu melancarkan aksi-aksi penculikan dan serangan teror.

Baca juga: Cerita dan Derita Pria Norwegia yang Setahun Jadi Sandera Kelompok Abu Sayyaf

Abu Sayyaf kini mengalihkan sasaran penculikan dan fokus pada kapal-kapal tunda yang berlayar melalui wilayah perairan antara Indonesia, Malaysia, dan Filipina. Laporan tersebut tidak dipublikasi, namun kantor berita AP menyatakan, laporan itu diperlihatkan kepada seorang wartawannya.

Masih dari laporan yang sama, selama enam bulan pertama 2016, Abu Sayyaf melaksanakan 32 aksi pengeboman, meningkat 68 persen dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun sebelumnya. Para militan diperkirakan memiliki lebih dari 400 pucuk senjata api dan berhasil melakukan sejumlah pelatihan teroris meski sedang menghadapi serangan militer terus menerus.

Target dialihkan ke kapal tunda

Presiden Filipina Rodrigo Duterte, yang mulai menjabat sejak 30 Juni 2016, memerintahkan militer menyerang kubu-kubu persembunyian Abu Sayyaf, setelah aksi penculikan di laut marak lagi.

Duterte sekaligus menolak perundingan perdamaian yang disebutnya “kelompok teror biadab” itu. Alih-alih dengan kelompok Abu Sayyaf, Pemerintah Filipina lebih memilih melakukan pembicaraan dengan dua kelompok pemberontak Muslim yang lebih besar.

“Kelompok Abu Sayyaf sekarang bergeser menargetkan kapal tunda berbendera asing dan kru mereka, karena operasi militer Filipina terfokus terhadap kelompok itu,” kata laporan itu.

Dan oleh karenanya, Abu Sayyaf diperkirakan akan mengintensifkan aksi-aksi penculikan di jalur perairan sibuk di sekitar Filipina, Malaysia, dan Indonesia.

Aksi penculikan kapal tunda dan banyak awak kapal dari Malaysia dan Indonesia sampai pertengahan tahun ini membuat ketiga negara di kawasan itu memulai perundingan tentang keamanan dan pengawasan jalur lautnya di kawasan perbatasan. Aksi-aksi penculikan itu memungkinkan Abu Sayyaf mendapat cukup dana untuk membeli senjata api serta amunisi.