Find Us On Social Media :

Selamat Ulang Tahun Tan Malaka, Pendiri Sekaligus Korban ‘PKI’ yang Pernah Bermimpi tentang Bersatunya Islam di Seluruh Dunia

By Intisari Online, Sabtu, 2 Juni 2018 | 17:15 WIB

Sejarah berputar terus. Lebih-lebih di daerah pedalaman. Di bagian negara Republik Indonesia yang tidak diduduki Belanda.

Peristiwa demi peristiwa terjadi. Yang satu diikuti oleh yang lain. Yang satu lebih hebat ketimbang yang lain.

Syahrir diculik. Persatuan Perjuangan menuntut diputuskannya perundingan dengan Belanda.

Perundingan Linggarjati, Peristiwa Juli, Pemogokan Delanggu, Pemberontakan Madiun dan seribu satu macam peristiwa lainnya lagi.

Semuanya berjalan dengan kencang dan lajunya. Tiap hari, tiap detik terjadi peristiwa bersejarah, kait berkait, sambung menyambung.

Sampai Belanda menyerbu Republik, Soekarno-Hatta dan pemimpin-pemimpin RI lainnya ditawan.

Sampai perundingan Roem-Royen sampai penyerahan kedaulatan.

Dan pasukan TNI dibenarkan kembali masuk ke kota-kota yang semula diduduki Belanda.

Untuk kali pertama jenderal mayor Sungkono dari divisi Brawijaya mengadakan pertemuan dengan pers di Hotel Oranye Surabaya. Baru saja pasukan TNI memasuki kota tersebut.

Pada kesempatan itu saya ajukan pertanyaan: “Benarkah bahwa Tan Malaka sudah meninggal dunia?". Jawabnya singkat: “Saya dengar memang demikian!".

“Di mana?" “Sepanjang pendengaran saya di suatu tempat di Jawa Timur".

Dan beliau tidak bersedia lagi menguraikan lebih jelas dan panjang mengenai hal itu. Pembicaraan lalu diarahkan ke persoalan lain.

Setengah orang ada yang mengatakan, bahwa Tan Malaka ditembak oleh tentara serta mayatnya dicemplungkan di sungai Brantas.

Setengah orang lagi berteori bahwa yang membunuh Tan Malaka ialah orang-orang PKI.

Sebabnya ialah karena hingga kini tidak ada orang yang tahu di mana kuburnya Tan Malaka.

Oleh PKI memang disengaja hendak dihapus jejak Tan Malaka, sebagaimana mereka juga menghapus jejak dokter Mawardi (Barisan Banteng) yang telah mereka culik dan bunuh di Solo.

Dan kita ingat saja bagaimana orang-orang komunis juga berusaha hendak menghilangkan jejak para jenderal yang telah mereka bunuh pada Hari Naas tanggal 1 Oktober pagi hari itu.

Kuburan mereka hendak mereka tutup-tutupi dan hendak mereka hilangkan, agar khalayak ramai tidak dapat mengetahuinya.

Meneliti praktek-praktek PKI begitu itu orangpun tidak dapat menyalahkan, apabila ada orang yang mempunjai teori bahwa kematian Tan Malaka karena dibunuh kaum komunis juga.

Wallahu'alam bissawab. (Ade Sulaeman)