Find Us On Social Media :

Buku Ini Pernah Jadi ‘Medan Pertempuran’ Antara ‘PKI’ dan Pancasila

By Ade Sulaeman, Jumat, 1 Juni 2018 | 09:30 WIB

Dalam rapat terakhir tim Front Nasional tersebut, penulis membawa satu eksemplar buku Sejarah Perjuangan Bersenjata Bangsa Indonesia oleh Tim Mokoginta cs, yang sementara itu telah terbit; dengan terkejut Anwar Sanusi membalik-balik halaman buku tersebut di hadapan semua anggota sambil berkatata, “Wah, mereka sudah selesai dengan bukunya, kita masih belum.”

Sejak rapat itu, ternyata tidak pernah lagi diadakan rapat Tim Front Nasional tersebut. Hasil dari tim itu hanyalah suatu draft sementara yang dirahasiakan, tetapi dapat diperoleh oleh penulis secara tidak resmi.

Draft itu tidak pernah diselesaikan hingga saat meletusnya peristiwa Gestapu/PKI delapan bulan kemudian.

Dengan demikian Tim Mokoginta berhasil mematahkan ofensif dari pihak Anwar Sanusi. Jika ada pendapat, bahwa Anwar Sanusi gagal karena di dalam timnya terhadap unsur-unsur lawannya, maka hal yang sama dialami pula oleh Tim Mokoginta.

Tim Mokoginta mengalami rongrongan dari dalam dari pihak oknum yang bersimpati kepada pihak “sana”. Tetapi hambatan-hambatan itu berhasil ditembus oleh ketua tim.

Follow up di dalam staf Angkatan Bersenjata

Setelah selesainya draft buku Sejarah Perjuangan Bersenjata Bangsa Indonesia tersebut, sebagai follow-up Menko Hankam/Kasab memutuskan untuk membentuk sebuah Biro Khusus Urusan Sejarah di dalam lingkungan Staf Angkatan Bersenjata (SAB).

Kepada penulis diberikan kepercayaan untuk membina Biro tersebut yang akhirnya berkembang menjadi Lembaga Sejarah Hankam, di dalam lingkungan Departemen Hankam yang sekarang.

Pada tahun 1966, setelah Orde Lama dipatahkan oleh kekuatan-kekuatan Orde Baru, bahan-bahan pelajaran sejarah Jenderal Nasution pada Kursus Kader Revolusi Angkatan Dwikora, yang hendak di-eliminir oleh Anwar Sanusi, akhirnya juga dapat diterbitkan sebagai buku tersendiri, dengan judul Sejarah Perjuangan Nasional di bidang Bersenjata.

Demikianlah sekelumit kisah “silent operation” pada zaman Orde Lama.

(Ditulis oleh Nugroho Notosusanto. Seperti pernah dimuat di Majalah Intisari edisi Februari 1969)

Baca juga: Dari Pembantaian Sipil Hingga Tragedi Perang Vietnam, Inilah Foto-foto Paling Mendebarkan Sepanjang 1968