Penulis
Intisari-Online.com - Rumah kami yang sempit tidak menghalangi kami untuk memiliki hobi menanam tanaman. Kebetulan di lantai dua rumah tempat kami biasa menjemur pakaian ada sedikit tempat untuk meletakkan pot-pot tanaman. Yang menjadi kendala adalah membawa tanah dari bawah ke atas. Butuh tenaga ekstra.
Menyiasati hal tersebut, Ibu kami yang biasa memasak di dapur sering mengumpulkan sisa-sisa sayuran dan menaruhnya ke dalam pot tanaman yang agak besar ukurannya. Ini berlanjut sampai akhirnya terkumpul beberapa pot tanaman. Hasil pembusukan dari sisa-sisa limbah dapur tersebut diharapkan dapat menjadi tanah sekaligus pupuk buat tanaman kami di lantai dua.
Setelah beberapa lama, selain kompos, kami memperoleh tanaman merambat yang awalnya kami tak tahu tanaman apa. Tanaman itu tumbuh subur karena hidup di tumpukan kompos. Karena dirasa mengganggu, merambat ke luar por sehingga menutupi tanaman yang lain, saya mencoba untuk membersihkan tanaman tersebut. Namun ketika akan dipotong, sesaat setelah dikibaskan daunnya, saya terkejut karena melihat buah semangka seukuran bola sepak takraw. Akhirnya tanaman tersebut tidak jadi kami bersihkan malah kami rawat dengan harapan dapat merasakan manisnya buah semangka panenan sendiri.
Ternyata di sekumpulan sampah dapur yang Ibu kumpulkan terdapat sisa biji semangka yang kami makan beberapa bulan yang lalu. Sekarang, buah semangkanya tumbuh semakin besar dan muncul pula calon buah yang lain. Kami sekeluarga jadi lebih sayang dengan tanaman tersebut dan tiap hari naik ke lantai dua sekadar untuk melihat buah semangka yang tiap hari makin besar.