Penulis
Intisari-Online.com -Bendera Palestina berkibar di markas PBB untuk pertama kalinya pada Rabu (30/9). Momen ini merupakan puncak dari penantian panjang nan berliku yang terus menjadi perdebatan selama ini. Negara-negara yang mendukung kemerdekaan Palestina tentu saja gembira, begitu juga sebaliknya.
Presiden Palestina Mahmoud Abbas dalam sebuah pernyataannya menyengatakan, “Bahwa momen ini dia persembahkan kepada para martir, para tahanan, dan untuk mereka yang terluka yang memberikan hidup mereka untuk menaikkan bendera ini.”
Otoritas Palestina bukan anggota resmi PBB—sejak 2012. Pada awal September kesepakatan itu tercapai, 119 suara menyetujui pengibaran bendera Palestina di markas PBB di New York, sementara 8 suara tidak menyetujui dan 45 abstain.
Delapan negara yang memilih menentang pengibaran itu dipimpin oleh Amerika Serikat dan Israel, yang bergabung dengan Australia, Kanada, Kepulauan Marshall, Federasi Mikronesia, Palau, dan Tuvalu.
Dubes Amerika Serikat, Samantha Power, kepada Wall Street Journal, mengatakan bahwa mengibarkan bendera Palestina di markas PBB bukanlah alternatif untuk lebih dekat kepada perdamaian. “Suara tidak oleh AS bukan soal penolakan aspirasi Palestina untuk sebuah negara, tapi mengibarkan bendera bukanlah alternatif untuk sebuah negosiasi,” katanya.
Abbas, yang secara luas dikabarkan akan menjatuhkan “bom” dalam pidatonya, di depan para pemimpin dunia akhirnya mendeklarasikan bahwa dia tidak lagi terikat dengan perjanjian yang ditandatangani dengan Israel, termasuk Oslo Peace Accords, dan meminta PBB untuk memberikan perlindungan internasional bagi rakyat Palestina.
Selama Israel menolak untuk menghentikan kegiatan permukiman dan melepaskan tahanan, Abbas menyebut pihaknya tidak bisa terus menerus terikat pada perjanjian yang menurutnya terus dilanggar oleh Israel itu. “Lebih dari itu, Israel harus bertanggung jawab atas rangkaian aksi pendudukannya,” tegas Abbas.
Dan kita tahu reaksi dunia, banyak sekali yang pro, tidak sedikit juga yang kontra. (Mashable)