Find Us On Social Media :

Cerita para Istri Terpidana Kasus Marsinah: "Tuhan akan Mengungkap Pelaku Sebenarnya"

By Moh. Habib Asyhad, Selasa, 1 Mei 2018 | 16:30 WIB

Dari keempat istri terpidana kasus Marsinah ini, hanya Yuliana, yang kelihatannya paling tenang.

Tanggal 27 September 1993, ketika suaminya, Widayat, belum juga pulang dari pekerjaannya di bagian maintenance PT CPS, perempuan yang waktu itu sudah punya dua anak ini mengaku tak cemas.

"Soalnya, sebelum itu suami saya cerita, sempat diperiksa petugas sehubungan dengan kematian salah satu buruh di pabrik tempat dia bekerja," tuturnya pada NOVA, Sabtu, 2 Juli 1994.

Widayat, kata Yuliana, memang biasa menuturkan segala peristiwa yang terjadi di kantor.

"Kalau habis rapat, misalnya, dia selalu cerita apa isi rapatnya, dan siapa saja yang hadir," tutur Yuliana.

Meski yakin suaminya tak pulang karena diperiksa, tak urung Yuliana cemas dan mendatangi pabrik keesokan paginya.

Baca juga: Miliki Alam Indah, Ternyata 7 Negara Ini Dinyatakan Sebagai Negara dengan Tingkat Pembunuhan Tertinggi di Dunia

"Dari Pak Yudi Astono dan Bu Mutiari, saya diberi tahu, memang ada petugas datang ke pabrik sehari sebelumnya. Tambah yakinlah saya bahwa dia memang sedang diperiksa," kisah Yuliana yang kemudian mengecek pada buku tamu pabrik.

Dari situlah ia mendapat instansi asal si petugas. Tapi setelah ia datang ke sana, "Petugasnya bilang, Mas Widayat enggak ada di situ."

Seperti ketiga wanita di atas, baru tanggal 19 Oktober 1993 Yuliana mendapat surat pemberitahuan dari Polda Jatim.

"Tapi baru tiga hari kemudian saya menengoknya. Biar dia punya waktu istirahat."

Yuliana yakin betul, suaminya perlu waktu untuk memulinkan kondisi badan.

"Bapak saya kan purnawirawan ABRI. Jadi, saya tahu persis, orang yang diperiksa di instansi itu pasti capek luar biasa," tandasnya.

Dugaan itu tak meleset. Begitu berjumpa Widayat, "Langsung saja dia mengaku habis disiksa karena tak mau mengaku terlibat dalam pembunuhan Marsinah," tutur Yuliana.

Ketika Widayat akhirnya dijatuhi hukuman 12 tahun penjara, Yuliana pun terkesan pasrah.

"Semua ini kan sudah diatur. Apalah yang bisa kami lakukan? Kami cuma orang kecil," ujarnya pelan.

Meski tanpa suami, Yuliana tak begitu risau menghadapi kehidupan.

"Biar begini, saya biasa terima pesanan potong rambut dan rias pengantin. Kadang juga ada pesanan katering untuk pernikahan. Jadi lumayanlah untuk menutup biaya hidup selama suami saya belum bebas."