Find Us On Social Media :

Kisah Gadis Asal Surabaya yang Belasan Tahun Menjadi Budak Nafsu Ayah Kandungnya

By Ade Sulaeman, Jumat, 27 April 2018 | 12:00 WIB

Ceritanya, menjelang wisuda, pihak fakultas menguhubungi ayahku ke rumah. Ia diminta melengkapi syarat-syarat tertentu agar aku bisa masuk sebagai sarjana teladan karena aku lulus cumlaude.

Bukannya gembira, ia malah keberatan dan enggak mau melengkapi persyaratan.

Aku baru tahu, dini hari menjelang wisuda. Malam itu, aku tidur di rumah Pak Sabar Junaidi. Pak Sabar adalah tetangga dekat rumah.

Sejak enam bulan terakhir ini aku sangat dengan keluarga Pak Sabar. Yang mendekatkan Pak Sabar sebenarnya ayahku sendiri.

Gara-garanya aku minta tolong Pak Sabar membantu tugas akhir membuat alat peraga relaksasi untuk penderita insomnia melalui kaset rekaman. Pak Sabar memang jago di bidang ini.

Saat berniat menginap di rumah Pak sabar, Ayah memintaku pulang. Karena sudah malam, maka aku diantar Pak Sabar dan istrinya, Bu Sri.

Sampai di rumah, Ayah memberi tahu bahwa ia tak mau melengkapi syarat-syarat agar aku bisa dinobatkan menjadi sarjana teladan.

Mendengar ucapan Ayah mendadak keberanianku muncul. Aku mendadak naik darah. Dengan lantang aku berkata, "Diriku dan masa depanku telah kau hancurkan Paimin..."

Medengar aku berkata demikian Pak Sabar dan istrinya langsung terbelalak seolah tak percaya.

Ia sepertinya tak menduga kalau aku sampai berani membongkar skandal itu.

Pak Sabar lantas bertanya, sejak kapan aku diperlakukan demikian. Aku jawab sejujurnya. Ayah saat itu mengaku salah dan minta maaf. Makanya niat untuk melapor ke polisi, aku urungkan malam itu.

Sejak itu, Ayah dan Ibu pergi dari rumah. Entah ke mana. Tapi aku akhirnya melapor ke polisi. Apalagi belakangan ini, Ayah selalu menelepon beberapa tetangga dan menebar fitnah.

Katanya ia pergi lantaran malu karena aku dihamili oleh Pak Sabar. Hati saya tambah sakit. Dia sudah menghancurkan masa depanku, masih juga mencemarkan diriku.

Sekarang masyarakat sudah mengerti. Aku juga banyak mendapat simpati. Itu yang menguatkan jiwaku.

Setelah masalah ini selesai, aku akan melanjutkan kuliah di S2. Aku ingin menjadi psikolog. Yang bisa menolong orang yang sedang menderita. Seperti yang aku alami.(Gandhi Wasono M)

Artikel ini tayang di Tabloid Nova No. 879/XVII (Januari 2005) dengan judul “Belasan Tahun Menjadi "Budak" Ayah, Melawan Karena Diganjal Jadi Sarjana Teladan

Baca juga: