Kisah Singa Penakluk dari Yehuda, Manusia yang Dituhankan Kaum Rastafari

Editorial Grid

Penulis

Haile Selassie raja Etiopia yang menjadi tuhan dan awal kaum Rastafari berdiri.

Intisari-online.com -Musik reggae dan warna merah-kuning-hijau adalah simbol yang identik dengan kaum Rastafari atau Rastaman.

Tidak hanya sekadar pencinta musik reggae, lebih dari itu Rastafari adalah sebuah aliran sakramen yang memiliki ideologi.

Begitulah aliran ini menyebar dan Kaisar Etiopia Haile Selassie Iadalah tonggak berdirinya ajaran ini, dengan cepat diterima meski dirinya tak pernah membuat aliran ini.

Bagi Pemeluk Rastafari mungkin tidak asing ketika mendengar nama Haile Selassie I, dengan memiliki nama asli Tafari Mokonen dan gelar Ras Tafari Kaisar Etiopia yang diangakat pada 1930 silam.

Sedangkan nama Haile Selasie adalah gelar pengangkatan dirinya,setelah Tafari diangkat sebagai Kaisar dan terkenal dengan nama Haile Selassie I.

BACA JUGA :Tak Ada Hubungannya dengan Ganja: Berikut 6 Fakta Rastafari sebagai Aliran Filsafat

Tak hanya terpandang sebagai kaisar, namun namanya menggema sebagai sosok yang disebut-sebuat keturunan Raja Solomo, seorang raja lengendaris yang konon pernah menguasai Bangsa Israel.

Kepercayaan tersebut telah membuah Haile Selassie dianggap sebagai salah satu Tuhan dan dianggap Messias yang hidup bagi kaum kulit hitam.

Gaung namanya tak hanya di dengar oleh orang Afrika, lebih dari itu sosoknya telah dikenal hingga Jamaika.

Namun, perlu diingat Haile bukan sosok yang menubuatkan dirinya untuk menawarkan keyakinan Rastafari, ada sosok lain yang meyakini ke-Ilahian Haile.

Ia adalah Marcus Garvey seorang aktivis yang berkampanye untuk perubahan politik dan sosial di pulau yang telah menjadi pusat penting perbudakan, Jamaika.

Namun, ketika berita penobatan Haile Selassie pada tahun 1930 mencapai Jamaika, banyak pengikut Garve membuat soalah ia melebihi manusia.

BACA JUGA :'Partikel Tuhan', Penemuan Gila yang Menurut Stephen Hawking Bisa Memicu Kiamat

Haile Selassie adalah raja, dan jadi hari pembebasan sudah dekat. Itu berarti mereka harus mempersiapkan diri untuk eksodus ke Afrika.

Meskipun Marcus Garvey tidak pernah benar-benar seorang Rastafarian, ia dianggap sebagai salah satu nabi agama, karena cita-citanya sangat membentuk filosofi Rastafarian.

Hanya beberapa tahun setelah penobatan Haile Selassie, Ethiopia terlibat dalam perang yang mengerikan.

Atas nubuat tersebut, banyak julukan disematkan kepadanya, seperti Singa penakluk dari Yehuda, Raja diatas segala raja dan Tuhan dari segala tuhan.

BACA JUGA :Inilah Kisah Lain dari Dyah Putri Utami, Pengantin Baru yang Tuliskan 'Suamiku Selamat Jalan'

Pada tahun 1935, pasukan Benito Mussolini menyerang Etioipia danpada tahun 1936, Haile Selassie melarikan diri daripengasingan bersama keluarganya.

Tahun itu, ia menyampaikan pidato terkenal ke Liga Bangsa-Bangsa di Jenewa, meminta bantuan untuk melawan penjajah.

Selama perang berlangsung Haile tingal di London, tindakannya tersebut dikecam oleh Marcus Garvey karena dianggap meninggalkan bangsanya.

Namun, atas belaskasihan Itali Haile, ia dikembalikan menjadi Kaisar pada tahun 1941, dengan dukungan Inggris.

BACA JUGA :Jangan Dibuang, Silica Gel Punya Segudang Manfaat yang Bisa Diketahui Lewat Warnanya

Selanjutnya ia mengunjungi Jamaikapada tahun 1966, 36 tahun setelah ia menjadi Kaisar dan melihat antusiasme rastas tanpa batas.

Dia tak melakukan apapun untuk menghilangkan status ilahi-nya ketika Garvey meninggal, namun namanya kembali diagungkan ketika seorang Rastafari benama Bob Marley membuat musik dan namanya melenggang.

Bob Marley bisa dibilang yang paling berpengaruh dalam sejarah Rasta. Dia tidak pernah mengaku sebagai nabi, meskipun nyanyiannya memiliki karakter kenabian; dan dia tidak pernah menjadi pemimpin, meskipun banyak pengikutnya memperlakukananya sebagai pemimpin.

Kempali ke Haile, ia akhirnya kembali ke Afrika pada tahun 1973 kondisi Etiopia kala itu semakin memburuk, kelaparan yang mengerikan menewaskan sekitar 200 ribu orang Etiopia, kebanyakan di provinsi Wollo.

Hanya berselang setahun kemudian, Derg, sekelompok perwira tentara dengan agenda Marxis, menggulingkan Haile Selassie dalam kudeta militer. Sakit dan dipenjara, ia meninggal pada tanggal 27 Agustus 1975 pada usia 83 tahun.

Kematian Haile Selassie telah memicu kemarahan Rastafari, dan menggagap hal ini kebohongan, pada waktu itu muncul istilah 'Lies of Babylon' alias "Kebohongan Babel" atau "Kebohongan Bangsa Kulit Putih" untukmengakhiri Rastafari.

Banyak Rasta percaya bahwa struktur yang didominasi kulit putih yang mereka sebut Babel telah menyebarkan kepalsuan dalam upaya untuk melemahkan gerakan Rastafarian yang tumbuh cepat.

Namun, mereka beranggapan Jah (nama Rasta untuk Tuhan) telah menduduki tubuh duniawi Haile Selassie.

Kepergian tubuh Haile Selassie hanyalah tanda bahwa Jah bukan hanya manusia tetapi juga roh dan ia tetap hidup meski tanpa raga manusia. (Intisari Online/Afif Khoirul M)

Artikel Terkait