Find Us On Social Media :

Jangan Diam Apalagi Tertawakan Anak yang ‘Siksa’ Orangtuanya saat Kesal. Dampaknya Mengerikan

By Ade Sulaeman, Senin, 20 November 2017 | 19:20 WIB

Intisari-Online.com - Orangtua mungkin kerap melihat kejadian berikut ini: anak memukuli ibunya sebagai ekspresi rasa kesalnya.

Ibunya pun ketika disakiti justru diam saja. Malah ada yang justru menertawakannya.

Eh, kok begitu, ya?

Kita jadi bertanya-tanya, mengapa orangtua membiarkan saja anaknya berperilaku semena-mena, seperti memukul atau menarik rambut mereka.

(Baca juga: Tanamkan Ini pada Anak-anak: Anak dari Orangtua Tunggal Bukan Produk Gagal)

(Baca juga: Lebih Kejam Dari Binatang, Ibu Ini Diduga Aniaya Anak Kandung Hingga Tewas)

Orangtua seperti ini tidak menyadari bahwa jika ia tidak bersikap tegas ketika anak memukul ibunya, berarti secara tidak langsung ia mengajarkan perilaku tersebut diperbolehkan.

“Anak akan menganggap bahwa ia boleh melakukan hal tersebut, karena dari orangtualah anak-anak belajar mengenai perilaku yang dapat diterima dan tidak dapat diterima oleh masyarakat,” kata Endang Fourianalistyawati, MPsi, dosen dan psikolog dari Fakultas Psikologi Universitas YARSI Jakarta.

Jika perilaku anak memukul ibu dibiarkan, anak akan tumbuh menjadi pribadi yang kasar, suka mem-bully, bahkan menjadi anak yang tidak bisa diatur.

“Dalam perkembangannya, ia mungkin menjadi anak yang kerap melakukan kenakalan karena emosinya mudah tersulut saat  keinginannya tidak tercapai dan sejak kecil tidak diajarkan bagaimana meregulasi emosi dengan baik, agar tidak bertindak semena-mena,” papar Endang lagi.

Mencontoh orangtua

Selain itu, menurut Endang, orangtua sering kali tidak menyadari bahwa mereka sendirilah yang mencontohkan perilaku semena-mena tersebut karena tidak menyadari bahwa perilaku anak memukul ibu tersebut bisa menimbulkan masalah.

Misalnya, di rumah orangtua secara tidak sadar memperlakukan orang-orang yang bekerja di rumah dengan semena-mena—menyuruh sesuatu tanpa memerhatikan bahwa mereka perlu beristirahat, atau mengabaikan waktu makan siang sopir sembari tetap menyuruhnya mengantar ke sana kemari.